Pages

Subscribe:

Rabu, 20 Juni 2012

HUTANKU KINI MALANG




hutan
Tak ada tempat berteduh bagi para hewan-hewan kita disaat anak cucu kita tumbuh berkarya di muka bumi ini, karena sesuap nasi bagi mereka-mereka yang menstratakan ekonomi pada kasta yang tinggi tanpa pertimbangan ekologi yang mereka seharusnya bisa prediksi atau karena belum tegasnya penegak hukum terhadap hutan-hutan kita atas tindakan pemerkosa hutan seperti yang diungkapkan oleh Pak Mu’i dalam bincang-bincang hangat dengannya.
Banyak opini dia, dia, dan dia yang seharusnya bertanggungjawab atas semuanya sehingga menciptakan vonis bagi suatu pihak maka yang timbul adalah perang urat syaraf semu yang saling menuduh satu sama lain. Ungkapan sejarah yang banyak memberikan kisah-kisah arif sebagai suatu media analisa komparatif terhadap suatu permasalahan, banyak kita dengar mengenai Hutan Taman Nasional Meru Betiri seperti banyak binatang-binatang yang masih terlihat di sekitar penduduk seperti Harimau, banteng, Kijang, Monyet, Anjing, berbagai jenis burung, dan lain sebagainya, namun pada waktu itu beberapa dianggap hama bagi sebagian waga sehingga mereka dianggap sebagai musuh bagi para petani.
hutan
kini hanya beberapa jumlah flora dam fauna kita yang mampu bertahan dari lingkungan, musuh dan manusia hal tersebutpun harus dihentikan dengan diberlakukan Undang-Undang beserta sanksi bagi mereka-mereka yang nakal, walaupun tidak semua merasa takut dengan ancaman tertulis tersebut. Undang-Undang RI N0. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya cukup jelas mengatur segala bentuk perlindungan bagi flora dan fauna yang berada di daerah konservasi seperti yang tertuang pada pasal 33 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
(   1)setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional.
(   2)Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
(  3)Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman raya, dan taman wisata alam.

Bukanlah perkara mudah untuk merealisasikan hal ini secara hitam di atas putih butuh proses dan butuh tanggungjawab lebih, tindakan preventif mulai berjalan ternyata bukanlah memberikan suatu titik jera bagi mereka. Penebangan pohon yang di temukan selama perjalanan dari sungai Watu Ungkal hingga Puncak Katesan di Hutan Taman Nasional Meru Betiri terlihat beberapa pohon-pohon besar tumbang karena dipotong oleh manusia entah motif apa yang mendasari mereka, jalur antara Watu Ungkal hingga Puncak Katesan hanya sebagian kecil dari luas Hutan Taman Nasional Meru Betiri sehingga memberikan beberapa asumsi bahwa kemungkinan besar di daerah lain yang tak terjamah secara umum lebih besar, bahkan menurut Bu Kholiq warga Sumber Salak bahwa mereka [para pencari kayu secara illegal] menginap di hutan sampai berhari-hari.
Secara bijaksana ini adalah sebagai masukan informasi yang penting bahwa semakin menurunnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian alam dan takut terhadap sanksi, atau sebagai evaluasi bagi kita semua sebelum tindakan represif alam yang menegur kita sehingga menimbulkan kesadaran sesaat yang kemudian hilang entah kemana. Ataukah ungkapan syair lagu Hutan-Hutan ku yang dinyanyikan oleh Tamasya Band akan menjadi nyata Meru Betiri berubah menjadi tambang sungguh memilukan jika hal ini benar-benar terjadi, sehingga menjadi sebuah cerita sejarah yang menghibur bagi anak cucu kita nanti.

Hutanku kini malang
Sapa embun pagi hari mu sejuk mengiris kulit ku hingga dingin menusuk daging
Kurangkai kata-kata bisu di setiap langkahku
Entah engkau dapat mendengar dan merasakannya

Hutanku kini malang
Apakah benar tangisan dan marahmu bisa kami rasakan
Sungguh pilu tubuhmu mencurahkan air kehidupan untuk mereka
Entah mereka dapat mendengarkan dan merasakannya

Hutanku kini malang
Tegarkah engkau ucapkan kata rela bagi mereka
Tubuhmu tak dapat bergerak namun kau bisa marah
Entah dia dapat mendengar dan merasakannnya

Hutanku kini malang
Merintihkah engkau ketika kau dianggap pelacur
Hanya rasa sesak tertahan adalah pilihan
Entah aku dapat mendengar dan merasakannya

Hutanku kini malang
Teriaklah dan hunuslah mereka dengan belati kayumu
Kuburlah mereka dengan tanahmu
Supaya kami bisa mendengar dan merasakan









Jumat, 08 Juni 2012

canDraBagha: PERJALANAN KE SITUBONDO

canDraBagha: PERJALANAN KE SITUBONDO:             Begitu keras getaran ini hingga telingga ku terasa bosan mendengar suara getaran tersebut, ternyata sara itu berasal dari HP ...

PERJALANAN KE SITUBONDO


            Begitu keras getaran ini hingga telingga ku terasa bosan mendengar suara getaran tersebut, ternyata sara itu berasal dari HP ku yang berada di sebelah telingaku, itu adalah suara sms masuk lalu aku baca ternyata ada sms dari Diah patner  kerja di warnet Ozone tempat aku bekerja. Dia meminta tolong kepadaku untuk menggantikan dia menjaga warnet, wajah bingung timbul sesaat kemudian karena pada hari ini Sabtu tangal 02 Juni 2012 aku memiliki planning ke Situbondo bersama mas Yess untuk menemui Kluwek.
            Sms tersebut tidak langsung aku balas karena aku masih binggung karena dia meminta dengan alasan ingin menyelesaikan masalah keluarga, dengan segera aku sms ke Watu adik organisasiku untuk menggantikan aku, namun hasilnya nihil ternyata dia ada belajar kelompok dengan teman-temannya. Dengan berat hati akhirnya aku mengatakan tidak bisa membantu Diah karena kau telah berjanji akan menemui Kluwek, karena janji bagaikan sebuah hutang yang harus depenuhi mungkin kita sering mendengar bahwa seorang laki-laki harus menpati janjinya, dapat dikatakan Frase tersebut benar namun hal tersebut tidak hanya terbatas untuk manusia yang memiliki jenis kelamin laki-laki hal melainkan perempuan memiliki tanggungjwab seperti ini.
            Keberangkatanku diperkirakan berangkat sekitar pukul 10 atau 11 WIB, ternyata melenceng terlalu jauh hal ini dikarenakan Mas Yess mencari suntikan dan untuk melakukan perjalanan ini, rencana awal keberangkatan kami bersama dengan teman-teman Mahadipa dengan pertimbangan mendapatkan pinjaman dari Mas Blendes dengan syarat pergi pada pukul 3 sore. Menunggu waktu sambil ngobrol adalah tindakan yang kami pilih kemudian erdengar suar sepeda dengan suara knalpot bising yang diberikan ke telinga kami, dia adalah Teh Kiki denfan helm hitam menutupi kepalanya. Setelah motor tersebut sampai di dipan sekret maka diberhentikan mesin kuda besi tersebut maka hilanglah kebisingan itu, turunlah The Kiki dari kuda besi tersebut lalu membuka kaca helmnya ke atas, maka terlihatlah wajahnya.
            Obral-obrolpun tetap berlangsung dengan tambahan personil baru, hingga pada akhirnya Mas Yess meminjam uang ke Teh Kiki sebesar 50 ribu rupiah, dengan keputusan bahwa jikalau menunggu Mas Blendes yang berangkat jam 3 sore memberikan suatu kekhawatiran bagi kami karena seringkali HP aku, Mas Yess, dan Mas Sodhunk bergetar dengan orang yang sama kami mendapatkan sms tersebut yaitu Kluwek dengan rintihan ketidaknyamanannya berada di sana dengan alasan sakit dan cepat ingin pergi dari tempat Temu Angkatan 2011, yang dilaksanakan di Pasir Putih Situbondo.
            Setalah mendapatkan suntikan dana dari Teh Kiki kami pun bergegas untuk menuju Situbondo, kami berangkat pada Pukul 13.19. perjalananpun dimulai namun timbul keraguan baru bahwa jalur yang akan kami lewati adalah rute wisata Arak-arak, memang aku pernah ke Pasir Putih dan mealalui Wisata Arak-Arak, namun aku lupa jalan yang harus ditempuh karena banyak tinkungan yang harus dilalui ditambah dengan Mas Yess tidak pernah melewati Jalur tersbut, kepasrahan adalah pilhan terbaik lagipula kami yakin tidak akan tersesat, bagiku tak tahu arah di daerah penduduk merupakan suatu kebodohan bagiku hal tersebut bukanlah tersesat melainkan malu untuk bertanya, hal itulah yang menjadi permasalahan. Aku akan mengatakan seseorang tersesat yaitu suatu ketidaktahuan arah waktu di hutan.
            Rute Arak-Arak kami pilih ternyat setelah dilalui kembali jalannya tidak terlalu rumit dan pemandangan yang bagus kami dapatkan, sesampai di Arak-Arak kami memberhentikan kendaraan untuk istirahat sejenak. Pemandangan yang indah kami temui dimana dengan laut pantai utara yang berbatasan dengan bibir pantai tampak dengan jelas namun sungguh saying wisata itu terlalu membosankan karena tidak ada daya tarik wisata lainnya selain pemandangan sehingga tempat tersebut sangatlah sepi hanya ada aku dan Mas Yess.
            Perjalanan ke Pasir Putih dilanjutkan, masalah baru muncul yaitu Pasir Putih yang cukup luas sehingga sulit bagi kami untuk mengetahui secara jelas dimana kegiatan Temu Angkatan 2011 dilaksanakan, nomor Kluwek tidak dapat dihubungi akhirnya kami berhenti sejenak di warung kopi setelah Wisata Pasir Putih, ditemani 2 buah kopi susu sambil menikmati keindahan pantai Pasir Putih. Ternyata pada waktu itu ada latihan TNI Angkatan Laut dimana kami melihat satu kapal perang yang besar dan ada beberapa Boat menuju kearahnya. Begitu indah sore itu, aku pernah ke Situbondo yaitu pada tahun 2010 atau waktu aku semester satu, namun aku tidak kemana-mana karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri jadi semua orang sibuk bersilaturahmi ke sanak sodaranya.
            Tiba-tiba terdengar suara hape Mas Yess bergetar itu merupakan sms petunjuk dimana lokasi acara tersebut, kami langsung bergegas untuk menuju kea rah tersebut untuk mengajak Kluwek untuk istirahat di rumah Mas Juko’. Sampailah kami di lokasi dimana banyak tenda terbentang di bibir pantai, tenda tersebut adalah tenda teman-teman yang mengikuti kegiatan tersebut, istirahat sejenak untuk menghilangkan lelah setelah itu kami ajak Kluwek ke rumah Mas juko’, kami berangkat dengan dua buah sepeda motor dimana Kluwek diantar oleh Pemes. Tempat yang kami tuju bukan rumahnya melainkan warung Mas Juko’.
            Sampai sekitar jam 7 malam kami berada disana sambil menikmati hidangan ikan bakar yang disajikan oleh keluarganya, setelah itu kami pergi ke rumahnya untuk membersihkan diri sedangkan Pemes kembali ke lokasi acara. Setelah membersihkan diri kami langsung kembali ke lokasi acara hanya sekedar melihat kegiatan mereka kemudian berbincang ria di pinggir pantai anta aku, Mas yess, Mas Juko’ dan terang rembulan yang menyinari kami, setelah itu kami kembali namun tempat yang kami tuju adalah tempat penjualan ikan laut karena para pendamping teman-teman Temu angkatan atau sekaligus panitia Penanaman Mangrove ingin bakar-bakar ikan. Tempat tersebut berada di dekat portal dermaga Panarukan yang dikatakan bahwa dermaga tersebut memiliki panjang 4 Km dari bibir pantai setelah ikan dapat aku, mas Yess dan mas Juko’ langsung melanjutkan perjalanan ke dermaga tersebut namun teman-teman yang lain langsung kembali.

            Ternyata benar walaupun tidak aku hitung karena bagiku berapapun panjangnya tidak terlalu penting karena yang ada dalam pikiranku adalah suatu ketakjuban karena hal ini adalah yang pertama kalinya aku keluar dari bibir pantai atau berada di tengah laut terleih di malam hari. Di tempat yang aku temui adalah para pemuda-pemudi yang sedang berpacaran di pinggir dermaga, orang-orang sedang memancing, para pedagang, orang-orang sedang makan dan kendaraan-kendaraan baik yang diparkir atau yang mondar-mandir kesana kemari.
Acara selanjutnya adalah ngopi di tengah laut Situbondo bersama padang bulan yang menerangi kami selain lampu-lampu yang menggunakan energy matahari, kami duduk di sisi dermaga kemudian aku lihat ke laut ternyata banyak ikan-ikan yang mengerubungi cahaya kemudian dari jauh terlihat gemerlap lampu-lampu penduduk yang menambah keindahan malam itu dan beriringan angin meniup rambut kami bahkan para penjual ikan bakar tidak mengipasi ikannya waktu dibakar karena hembusan angin yang cukup kencang.
Ngobrol santaipu berakhir pada pukul 1 dini hari, kemudian kami langsung pulang ke rumah dan beristirahat untuk mempersiapkan tenaga untuk acara Penanaman Mangrove. Keesokan paginya kami ingin melkasanakan rencana untuk memancing di tengah laut, namun karena jumlah kami empat orang sedangkan perahunya hanya cukup untuk tiga orang sehingga memindahkam lokasi memancing dijadikan pilihan yang tepat yaitu menjadi di aliran sungai warung Mas Juko’. Sehabis memancing kami pergi berenang di pantai yang berada sekitar 2 Km dari lokasi warung, walaupun tidak bisa renang tapi aku menikmati waktu-waktu itu, setelah selesai berenang kami kembali ke rumah dan persiapan untuk acara Penanaman Mangrove.
Ketika di tempat penanaman kami bertemu Mas Hari dan kawan-kawan akhirnya kami berbincang ria sambil menunggu acara dimulai. Setelah menunggu kurang lebih satu jam akhirnya acara dimulai dengan upacara pembukaan yang kurang berjalan efektif karena kondisi terik matahari dan mungkin briefing yang kurang terlaksana dengan baik bahkan waktu Bapak Kepala BKSDA membuka acara tersebut ternyata teman-teman sudah melakukan penanaman terlebih dahulu sebelum dibuka sehingga simbolis pembukaan tersebut terasa sia-sia, walaupun upacara yang tidak berjalan dengan baik, acara penanan mangrove berjalan dengan baik dan tertib hingga berakhir sekitar pukul 17.00. kemudian kami kembali ke rumah yang dilanjutkan perjalanan kembali ke Jember.