Pages

Subscribe:

Jumat, 29 Maret 2013

Galau Tingkat Jember


industri

Ketika petama kali datang ke Jember ada sesuatu yang mengganjal pemandangan ini bukanlah debu ataupun kerikil yang mengumpat di sela-sela mataku,namun rasa aneh ditambah tidak percaya saat melintas Sungai Bedadung saya melihat seorang bidadari tahun tahun 70-an sedang asyik menikmati dinginnya air Bedadung tanpa busana. Perasaan bimbangpun datang secara tiba-tiba kata orang ini namanya rezeki tapi kataku ini kurang beruntung karena target sasaran pandang kurang muda.
industri di jember        Beberapa hari kemudian aku lewat sungai tersebut lagi dengan tempat yang berbeda, kali ini bukan bidadari yang aku lihat melainkan anak-anak kecil yang bercanda ria tanpa busana juga dan terakhir aku pergi ke salah satu desa yang ada di Jember yaitu Desa Gunung Pasang Kecamatan Panti. Di desa tersebut ada sebuah sungai yang dijadikan sebagai kolam dimana mereka penuh suka cita menikmati hidup masa kecilnya dengan berenang bersama teman-teman di sungai yang jernih, di sisi lain bila menengok ke kota orang-orang pemangku amanah rakyat sedang riuh ramai beradu argumen mengenai Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah Jember 2011-2031. Perda yang diusulkan sangat menguntungkan sekali, namun sayang keuntungan besar tesebut hanya dimiliki para pemilik modal melalui penyediaan lahan tambang emas, perak, tembaga, galena, mangan, pasir besi, migas, dan lain sebagainya ditambah industri di beberapa tempat di Jember.
         Sungguh kaya Jember dengan kekayaan alam melimpah dan juga pemandangan-pemandangan yang dapat memanjakan mata saat ini. Apabila Perda tersebut disahkan dengan hasil yang diajukan tersebut maka saat berjalan-jalan di Jember akan ditemui gumpalan-gumpalan asap industri yang saling antri menuju ke awan dan juga bahan-bahan pembuangan tambang atau industi yang berenang renang di sungai dan menyelinap di tanah-tanah. Terkadang keuntungan ekonomi yang terbatas atau hanya beberapa tahun saja dijadikan sebagai patokan utama dalam hal pembangunan tanpa memikirkan dampak ekologi yang sangat lama dan penuh dengan usaha keras untuk memperbaikinya atau mungkin sudah tidak dapat diperbaiki karena punah seperti rusaknya tanah, hutan, udara, sungai, danau, satwa, flora ataupun manusia itu sendiri.
        Sangat memilukan sekali apabila bila harus mendengar beberapa fauna, flora dan anak cucu kita pada masa depan harus menanggung ini semua, hanya karena karena ketokan palu pemberi kebijakan.  Apakah anak cucu kita nanti bisa menghirup udara bersih dari asap-asap pembakaran, makan, minum dan mandi dengan air yang bersih tanpa tercampur merkuri ataupun zat-zat kimia lainnya, tanah-tanah yang dapat ditanami, atau ikan-ikan bisa bebas berenang bebas di sungai tanpa harus bersaing dengan sampah-sampah serta ditemani zat-zat kimia, flora-flora yang bisa hidup tenang tanpa harus stress memikirkan bagaimana menghindar dari ulah-ulah manusia.
        Aku teringat dengan kota kelahiranku yang berbasis industri dan sebagai satelit dari ibu kota. Sebuah daerah yang panas seakan-akan berada di gurun pasir memiliki pepohonan. Asap industri yang menggumpal di daerah kawasan dan sungai-sungai yang berwana hijau tua dan berbau busuk yang dipenuhi oleh sampah-sampah rumah tangga dan industri, karena inilah aku merasa aneh dengan Jember saat melintas di sungai Bedadung begitu dekatnya sungai-sungai bagi warganya sehingga sungai masih dimanfaatkan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga, warga kota juga begitu dekatnya dengan sungai sehingga mereka memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Bagaimana keinginan mereka mengenai bebas banjir dapat teselesaikan sedangkan paradigma sebagian besar masyarakat seperti itu.
        Sekarang aku juga khawatir adanya konspirasi baik di tingkat DPR ataupun di kalangan masyarakat dengan pihak-pihak tertentu, mendengar informasi dari Cak Giri yang mengatakan bahwa yang menentang adanya industri dan pertambangan hanya ada satu fraksi. Sangat disayangkan ternyata penglihatan orang-orang pengambil kebijakan hanya peka terhadap yang berkaitan dengan ekonomi atau hanya untuk golongan-gollongan tertentu yang pro ataupun memiliki andil terhadap keberadaan mereka saat ini. Di sisi lain seorang pemimpin Jember yang selalu mengundang kontroversial dari kata-kata yang terlontar seperti seperti “apabila Nuklir ingin di taruh di Jember. Jember siap”,  dan juga ingin mengurangi lahan pertanian dan lain sebagainya.
        Di kalangan masyarakat aku khawatir dimana ada beberapa orang yang mampu dilemahkan dengan uang dan hanya mampu berpandangan jangka pendek, sulit memang untuk melihat dari masyarakat di sisi lain kita hanya mengkritik mereka dalam hal ini sedangkan kita tidak dapat membantu mereka. Namun yang menjadi hati semakin panas adalah mereka dijadikan sebagai alat untuk memperkuat keinginan dari orang-orang tertentu dengan mengadu domba mereka.
                 
         
         Kebijakan ekonomi diimbangi dengan ekologi adalah prospek kehidupan yang makmur sesungguhnya untuk masa depan…
        Tidak ada salahnya kita membela lingkungan (mujahidin lingkungan), jangan sampai kata-kata pepatah yang sering kita dengar terjadi, air susu dibalas air tuba, alam telah memberikan segalanya untuk kita tanpa pamrih kita membalasnya dengan merusaknya.