Begitu keras
getaran ini hingga telingga ku terasa bosan mendengar suara getaran tersebut,
ternyata sara itu berasal dari HP ku yang berada di sebelah telingaku, itu
adalah suara sms masuk lalu aku baca ternyata ada sms dari Diah patner kerja di warnet Ozone tempat aku bekerja. Dia
meminta tolong kepadaku untuk menggantikan dia menjaga warnet, wajah bingung
timbul sesaat kemudian karena pada hari ini Sabtu tangal 02 Juni 2012 aku
memiliki planning ke Situbondo bersama mas Yess untuk menemui Kluwek.
Sms tersebut
tidak langsung aku balas karena aku masih binggung karena dia meminta dengan
alasan ingin menyelesaikan masalah keluarga, dengan segera aku sms ke Watu adik
organisasiku untuk menggantikan aku, namun hasilnya nihil ternyata dia ada
belajar kelompok dengan teman-temannya. Dengan berat hati akhirnya aku
mengatakan tidak bisa membantu Diah karena kau telah berjanji akan menemui
Kluwek, karena janji bagaikan sebuah hutang yang harus depenuhi mungkin kita
sering mendengar bahwa seorang laki-laki harus menpati janjinya, dapat
dikatakan Frase tersebut benar namun hal tersebut tidak hanya terbatas untuk
manusia yang memiliki jenis kelamin laki-laki hal melainkan perempuan memiliki
tanggungjwab seperti ini.
Keberangkatanku
diperkirakan berangkat sekitar pukul 10 atau 11 WIB, ternyata melenceng terlalu
jauh hal ini dikarenakan Mas Yess mencari suntikan dan untuk melakukan
perjalanan ini, rencana awal keberangkatan kami bersama dengan teman-teman Mahadipa dengan pertimbangan mendapatkan pinjaman dari Mas Blendes dengan
syarat pergi pada pukul 3 sore. Menunggu waktu sambil ngobrol adalah tindakan
yang kami pilih kemudian erdengar suar sepeda dengan suara knalpot bising yang
diberikan ke telinga kami, dia adalah Teh Kiki denfan helm hitam menutupi
kepalanya. Setelah motor tersebut sampai di dipan sekret maka diberhentikan
mesin kuda besi tersebut maka hilanglah kebisingan itu, turunlah The Kiki dari
kuda besi tersebut lalu membuka kaca helmnya ke atas, maka terlihatlah
wajahnya.
Obral-obrolpun
tetap berlangsung dengan tambahan personil baru, hingga pada akhirnya Mas Yess
meminjam uang ke Teh Kiki sebesar 50 ribu rupiah, dengan keputusan bahwa
jikalau menunggu Mas Blendes yang berangkat jam 3 sore memberikan suatu
kekhawatiran bagi kami karena seringkali HP aku, Mas Yess, dan Mas Sodhunk
bergetar dengan orang yang sama kami mendapatkan sms tersebut yaitu Kluwek
dengan rintihan ketidaknyamanannya berada di sana dengan alasan sakit dan cepat
ingin pergi dari tempat Temu Angkatan 2011, yang dilaksanakan di Pasir Putih Situbondo.
Setalah
mendapatkan suntikan dana dari Teh Kiki kami pun bergegas untuk menuju
Situbondo, kami berangkat pada Pukul 13.19. perjalananpun dimulai namun timbul
keraguan baru bahwa jalur yang akan kami lewati adalah rute wisata Arak-arak,
memang aku pernah ke Pasir Putih dan mealalui Wisata Arak-Arak, namun aku lupa
jalan yang harus ditempuh karena banyak tinkungan yang harus dilalui ditambah
dengan Mas Yess tidak pernah melewati Jalur tersbut, kepasrahan adalah pilhan
terbaik lagipula kami yakin tidak akan tersesat, bagiku tak tahu arah di daerah
penduduk merupakan suatu kebodohan bagiku hal tersebut bukanlah tersesat
melainkan malu untuk bertanya, hal itulah yang menjadi permasalahan. Aku akan
mengatakan seseorang tersesat yaitu suatu ketidaktahuan arah waktu di hutan.
Rute Arak-Arak
kami pilih ternyat setelah dilalui kembali jalannya tidak terlalu rumit dan
pemandangan yang bagus kami dapatkan, sesampai di Arak-Arak kami memberhentikan
kendaraan untuk istirahat sejenak. Pemandangan yang indah kami temui dimana
dengan laut pantai utara yang berbatasan dengan bibir pantai tampak dengan
jelas namun sungguh saying wisata itu terlalu membosankan karena tidak ada daya
tarik wisata lainnya selain pemandangan sehingga tempat tersebut sangatlah sepi
hanya ada aku dan Mas Yess.
Perjalanan
ke Pasir Putih dilanjutkan, masalah baru muncul yaitu Pasir Putih yang cukup
luas sehingga sulit bagi kami untuk mengetahui secara jelas dimana kegiatan
Temu Angkatan 2011 dilaksanakan, nomor Kluwek tidak dapat dihubungi akhirnya
kami berhenti sejenak di warung kopi setelah Wisata Pasir Putih, ditemani 2
buah kopi susu sambil menikmati keindahan pantai Pasir Putih. Ternyata pada
waktu itu ada latihan TNI Angkatan Laut dimana kami melihat satu kapal perang
yang besar dan ada beberapa Boat menuju kearahnya. Begitu indah sore itu, aku
pernah ke Situbondo yaitu pada tahun 2010 atau waktu aku semester satu, namun
aku tidak kemana-mana karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri jadi semua
orang sibuk bersilaturahmi ke sanak sodaranya.
Tiba-tiba
terdengar suara hape Mas Yess bergetar itu merupakan sms petunjuk dimana lokasi
acara tersebut, kami langsung bergegas untuk menuju kea rah tersebut untuk
mengajak Kluwek untuk istirahat di rumah Mas Juko’. Sampailah kami di lokasi
dimana banyak tenda terbentang di bibir pantai, tenda tersebut adalah tenda teman-teman yang mengikuti kegiatan tersebut, istirahat sejenak untuk
menghilangkan lelah setelah itu kami ajak Kluwek ke rumah Mas juko’, kami
berangkat dengan dua buah sepeda motor dimana Kluwek diantar oleh Pemes. Tempat
yang kami tuju bukan rumahnya melainkan warung Mas Juko’.
Sampai sekitar
jam 7 malam kami berada disana sambil menikmati hidangan ikan bakar yang
disajikan oleh keluarganya, setelah itu kami pergi ke rumahnya untuk
membersihkan diri sedangkan Pemes kembali ke lokasi acara. Setelah membersihkan
diri kami langsung kembali ke lokasi acara hanya sekedar melihat kegiatan
mereka kemudian berbincang ria di pinggir pantai anta aku, Mas yess, Mas Juko’
dan terang rembulan yang menyinari kami, setelah itu kami kembali namun tempat
yang kami tuju adalah tempat penjualan ikan laut karena para pendamping teman-teman Temu angkatan atau sekaligus panitia Penanaman Mangrove ingin
bakar-bakar ikan. Tempat tersebut berada di dekat portal dermaga Panarukan yang
dikatakan bahwa dermaga tersebut memiliki panjang 4 Km dari bibir pantai
setelah ikan dapat aku, mas Yess dan mas Juko’ langsung melanjutkan perjalanan
ke dermaga tersebut namun teman-teman yang lain langsung kembali.
Ternyata
benar walaupun tidak aku hitung karena bagiku berapapun panjangnya tidak
terlalu penting karena yang ada dalam pikiranku adalah suatu ketakjuban karena
hal ini adalah yang pertama kalinya aku keluar dari bibir pantai atau berada di
tengah laut terleih di malam hari. Di tempat yang aku temui adalah para
pemuda-pemudi yang sedang berpacaran di pinggir dermaga, orang-orang sedang
memancing, para pedagang, orang-orang sedang makan dan kendaraan-kendaraan baik
yang diparkir atau yang mondar-mandir kesana kemari.
Acara selanjutnya adalah ngopi di tengah
laut Situbondo bersama padang bulan yang menerangi kami selain lampu-lampu yang
menggunakan energy matahari, kami duduk di sisi dermaga kemudian aku lihat ke
laut ternyata banyak ikan-ikan yang mengerubungi cahaya kemudian dari jauh
terlihat gemerlap lampu-lampu penduduk yang menambah keindahan malam itu dan
beriringan angin meniup rambut kami bahkan para penjual ikan bakar tidak
mengipasi ikannya waktu dibakar karena hembusan angin yang cukup kencang.
Ngobrol santaipu berakhir pada pukul
1 dini hari, kemudian kami langsung pulang ke rumah dan beristirahat untuk
mempersiapkan tenaga untuk acara Penanaman Mangrove. Keesokan paginya kami
ingin melkasanakan rencana untuk memancing di tengah laut, namun karena jumlah
kami empat orang sedangkan perahunya hanya cukup untuk tiga orang sehingga
memindahkam lokasi memancing dijadikan pilihan yang tepat yaitu menjadi di
aliran sungai warung Mas Juko’. Sehabis memancing kami pergi berenang di pantai
yang berada sekitar 2 Km dari lokasi warung, walaupun tidak bisa renang tapi
aku menikmati waktu-waktu itu, setelah selesai berenang kami kembali ke rumah
dan persiapan untuk acara Penanaman Mangrove.
Ketika di tempat penanaman kami
bertemu Mas Hari dan kawan-kawan akhirnya kami berbincang ria sambil menunggu
acara dimulai. Setelah menunggu kurang lebih satu jam akhirnya acara dimulai
dengan upacara pembukaan yang kurang berjalan efektif karena kondisi terik
matahari dan mungkin briefing yang kurang terlaksana dengan baik bahkan waktu
Bapak Kepala BKSDA membuka acara tersebut ternyata teman-teman sudah melakukan
penanaman terlebih dahulu sebelum dibuka sehingga simbolis pembukaan tersebut
terasa sia-sia, walaupun upacara yang tidak berjalan dengan baik, acara penanan
mangrove berjalan dengan baik dan tertib hingga berakhir sekitar pukul 17.00.
kemudian kami kembali ke rumah yang dilanjutkan perjalanan kembali ke Jember.