Pages

Subscribe:

Sabtu, 21 Juli 2012

SEJARAH PENEBANGAN HUTAN DI JAWA



            Sebenarnya ada waktu dimana hamper seluruh Jawa pernah ditutup oleh berbagai bentuk hutan dengan tipe yang ditentukan oleh ketinggian, musim, dan jenis tanah. Pengaruh kehidupan manusia terhadap hutan dan flora yang ada di dalamnya mungkin dimulai setelah alat-alat pemotong dan api tersedia. Kehilangan sebagian besar hutan lahan pertama mungkin terjadi setelah kayu jati diperkenalkan pada  tahun awal-tahun awal terjalinnya hubungan dengan kerajaan-kerajaan  Hindu (200-400 M). menjelang tahun 1000 M saja sudah ada sekitar 1,5 juta ha hutan jati (yang sama besarnya dengan kehilangan hutan dataran rendah di atas tanah vulkanik, alluvial, dan tanah berbatu kapur). Hutan-hutan ini sudah pernah dikelola, dan sekitar tahun 900 M terdapat jabatan “Tuan Pemburu” yang disebutkan dalam sebuah naskah Jawa; pejabat “Tuan Pemburu”  ini diyakini pula berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kehutanan.
            Pada masa candi-candi Hindu-Budha dibangun di Jawa tengah cukup banyak hutan berharga di datarn alluvial daerah pantai yang ditebang. Penanaman padi beririgasi telah diperkenalkan lebih dari seribu tahun yang lalu dan mungkin pelaksanaannya terbatas di lereng-lereng bagian bawah dari daerah-daerah gunung berapi dan bukit-bukit berbatu kapur.
            Sebelum pengawasan dilakukan oleh Belanda, kayu jati digunakan untuk membuat perahu oleh penduduk asli. Selama awal penjajahan Belanda, kayu jati dieksploitasi lebih banyak lagi untuk berbagai keperluan, tetapi tidak dengan cara yang lestari. Hanya sedikit lahan yang ditanami pohon-pohon jati karena pohon ini tampak sangat melimpah. Perubahan besar mulai terjadi pada tahun 1830 ketika peraturan pemerintah Belanda memberlakukan kebijakan tanam paksa (cultuurstelsel) yang memaksa para petani untuk menanam tanaman ekspor diantara tanaman pangan yang ditanam di atas tanah milik bersama (umumnya hutan) dengan system tumpangsari. Kebijakan ini bukannya membuat penduduk mempunyai cukup cadangan pangan dan surplus barang-barang untuk diperdagangkan tetapi para penduduk malahan harus menanam tanaman perdagangan dengan mengorbankan tanaman pangannya untuk memuaskan keinginan orang-orang yang tinggal jauh (Eropa).
            Jumlah penduduk bertambah dengan cepat dan tanah Jawa segera menjadi penuh dan sesak. Hal ini memaksa petani untuk mengembangkan bentuk pertanian yang lebih intensif lagi, dan menyembunyikan perkembangan kapitalis pribumi dan pengusaha kota- suatu proses yang disebut “Involusi Pertanian”. Produksi nila dan gula membutuhkan cukup banyak kayu bakar sehingga semakin menghabiskan hutan-hutan campuran maupun hutan jati. Junghuhn (1854) menemukan bahwa eksploitasi kayu bakar secara berlebihan serta konversi hutan menjadi kebun kopi merupakan penyebab merupakan penyebab penggunduluan hutan di dataran tinggi. Dia juga telah melakukan perjalanan mengelilingi Jawa dan menemukan beberapa gunung benar-benar gundul tidak berhutan mulai dari kaki gunung sampai ke puncaknya (misalnya, Merbau, Sindoro, dan Sumbing). Pembakaran hutan-hutan pegunungan di Jawa Timur dilakukan secara teratur untuk merangsang pertumbuhan padang rumput sebagai tempat berburu. Untuk mengimbangi gambaran ini, Junghuhn juga menggambarkan hutan hutan dataran rendah dan hutan pegunungan yang cukup luas yang belum terganggu. Desktiptif kualitatif tentang bentang lahan Jawa pada abad yang lalu juga memberikan kesan yang sangat jelas tentang betapa besarnya perubahan yang telah terjadi. Misalnya, dataran tinggi Pengalengan yang terletak di sebelah selatan Bandung diantara Gunung Malabar , Gunung Tilu, dan Gunung Wayang tetap memiliki hutan hingga pertengahan abad yang lalu, sampai pada saat daerah-daerah yang lebih datar dibuka untuk perkebunan kopi dan teh.
Pada tahun 1880 seorang penjelajah melaporkan adanya sekawan besar banteng dan segerombol anjing liar di lereng selatan Gunung Malabar yang masih berhutan, dan kebun-kebun kopi yang dilindungi dengan parit-parit dan pagar untuk menajaga agar tanaman ini bebas dari kerusakan yang ditimbulkan oleh badak .
Pada tahun 1870, ketika pelaksanaan tanam paksa berakhir dan Belanda mengizinkan perusahaan-perusahaan swasta baru untuk mengelola perkebunan, lebih dari 300 ribu hektar lahan di  Jawa diadikan kebun kopi. Karena kopi mempunyai pertumbuhan terbaik dalam iklim musiman pada ketinggian 1.000-1.700 mdpl, maka dataran-dataran tinggi yang masih tersisa di Jawa Timur dan Jawa Tengah benar-benar sangata merasakan tekanan yang terus menerus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Meskipun demikian, sekitar tahun 1885 penyakit cendawan daun menyerang dan mulai menghancurkan seluruh kebun kopi di Jawa, dan selama 50 tahun berikutnya (saat persaingan kopi dengan Brazil meningkat) tempat-tempat yang ditanami kopi telah berkurang hingga yang tersisa sekitar  98 ribu hektar, meskipun pada tahun 1900 didatangkan galur baru yang resisten terhadap penyakit tersebut. Berkahirnya tanam paksa juga menyebabkan tanah milik bersama yang dulu ditanami kopi kemudian diubah menjadi tanah pertanian lahan kering. Cara bertani penduduk dataran tinggi ini, setidak-tidaknya di Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebabkan timbulnya keluhan yang pertama dilontarkan oleh penduduk yang mendiami dataran rendah, karena menyebabkan berkurangnya air yang mengalir ke sungai-sungai. Erosi bukan merupakan masalah besar karena populasi manusia tidak terlalu banyak dan pertanian lahan kering berganti-ganti antara masa tanam dengan masa bera (lahan tidka ditanami). Setengah dari pulau ini, yaitu di bagian utara yang terdiri dari dataran pantai alluvial yang banyak diangkiti malaria, tetap tidak ditanami Karena masalah teknis cara membuat system pengairan di tanah yang datar. Meskipun demikian, antara tahun 1850-an sampai Perang Dunia I, semua tanah di daerah sudah menjadi lahan pertanian.
Sebelum tahun 1850, pembukaan hutan terjadi tanpa adanya petunjuk (atau perhatian) dari pemerintah. namun setelah 80 tahun berikutnya usaha pengubahan hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan benar-benar digalakkan. Berkurangnya hutan menyebabkan binatang-bintang liar berkurang dan beberapa jenis binatang menjadi “hama” karena menjadi pesaing manusia dalam mencari makanan serta tempat hidup. Antara tahun 1898 dan 1937 telah teradi kehilangan hutan alam kira-kira 22.000 km2 , dan bagian terbesar dari kayu-kayu hasil tebangan tersebut digunakan untuk pembangunan jaringan rel kereta api yang sangat panjang. Pengendalian terhadap pengubahan hutan mulai dilakukan antara tahun 1928 dan 1937, kemudian setelah ini bersamaan dengan tingkat pertumbuhan populasi yang tinggi, kehilangan hutan sudah tida dapat dipulihkan lagi. Tindakan tersebut sebagian karena keputusan pemerintah yang kokoh disertai usaha-usaha pelaksanaan tersebut di berbagai daerah, dan sebagian lagi karena keterbatasan akses dan lahan-lahan hutan yang masih tersisa sangat curam, sehingga tidak cocok untuk pertanian dan sebagian besar karena ukuran hutan yang masih tersisa sangat kecil. Peramabahan secara bertahap serta kerusakan yang mencolok terjadi hamper di semua hutan yang maish tersisa. Banyak kegiatan tradisional yang menyebabkan kehilangan kualitas dan kuantitas hutan terus berlangsung, namun sekarang ini intensitasnya bersifat tidak berkelanjutan lagi dan tidka konsisten dengan kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah.
Pola kehilangan hutan di Jawa serupa dengan pola kehilangan hutan di Inggris, walau jangka waktunya mungkin berbeda, dan laju kehilangannya selama 5.000 tahun terakhir ini, sekitar 80% penutupan hutan asli (kayu-kayu liar) yang tumbuh di sana telah hilang selama 2.000 tahun yang lalu, dan dalam 700 tahun terakhir tersisa 10%. Fragmentasi hutan yang sangat parah juga telah terjadi sekitar 83% dari tempat-tempat yang ditumbuhi hutan kuno (yaitu tempat-tempat yang ditumbuhi hutan sejak kurang lebih 1.600 tahun) luasnya kurang dari 20 ha dan hanya 2% hutan yang melebihi luasnya 100 ha. Hal ini menyebabkan keperihatinan yang lebih besar  terhadap Jawa, karena dampak biologis kehilangan hutan di Jawa yang keragaman hayatinya sangat tinggi, jauh lebih besar daripada di Inggris. Sayangnya, banyak hutan yang masih tersisa di Jawa tetap tidak mendapatakan perlindungan yang memadai dan pengrusakan dan pengrusakan hutan di Jawa yang dilakukan tanpa kendali telah dilaporkan oleh banyak orang selama 25 tahun terkahir.
            Pengumpulan kayu bakar adalah salah satu faktor  penting penyebab kehilangan hutan di Jawa, dan sudah berlangsung sejak awal abad ini. Untuk menghadapi masalah ini pemerintah telah memberikan subsidi yang sangat besar untuk harga minyak tanah, yang diharapkan dapat membantu pemerataan pendapatan dan konservasi hutan. Sebenarnya memang tindakan ini masuk akal, hanya tidak mencapai sasaran karena hamper semua rumah tangga menggunakan minyaka tanah untuk penerangan bukan untuk memasak, karena keluarga yang memiliki kompor sangat sedikit (15%) selain itu karena suatu anggapan yang membudaya di masyarakat bahwa memasak dengan menggunakan kayu bakar lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan kompor [Sekarang kebijakan terbaru adalah konversi dari minyak tanah ke gas].

Sumber: Whitten, Tony, dkk. Seri Ekologi Indonesia Jilid II: Ekologi Jawa Dan Bali. Jakarta: PT Prehallindo. 1999.

Kamis, 19 Juli 2012

PENDIDIKAN[KU] INGIN KEMANA?


  

sekolah pedalaman
SDN Sumber Salak
Sebuah desa kecil yang sangat jauh dari hiruk pikuk keramaian kota jember dimana perjalanan yang melelahkan untuk sampai ke desa tersebut harus melalui jalan berbatu atau yang sering disebut jalan makadam dengan medan jalan melintasi bukit-bukit, desa sumber salak namanya. Terasa asri jikalau berjumpa dengan desa ini dimana pepohonan hijau masih bisa mendominasi pandangan kita di segala arah, desa yang terletak di kawasan taman nasional meru betiri.
Desa terpencil ini memiliki kisah yang unik dalam menjalani hari-harinya dimana mayoritas kepala keluarga yang tinggal di desa tersebut dihuni oleh keluarga ibu kholik, baik dari ibu kholik sendiri ataupun dari suaminya, walaupun ada beberapa yang di luar dari ikatan keluarga ibu kholik namun hal tersebut masih bisa dihitung jari, sehingga ikatan kekeluargaan yang ada antara satu dengan yang lainnya sangatlah dekat.
Kehidupan sosial disana berjalan normal tanpa ada komplektisitas keinginan yang berlebihan bila dibandingkan dengan warga kota dengan komplektisitas kebutuhannya walaupun secara garis besar hal tersebut hanyalah suatu keinginan nafsu belaka. Pelajaran sederhana adalah suatu pengalaman penting yang didapatkan di desa ini hidup dengan segala keterbatasan secara pemenuhan ekonomi, alam adalah saudara mereka yang bisu yang selalu menyuapi kebutuhan mereka sehari-hari yang diproses melalui perkebunan, jika mereka menginginkan hal yang lebih dari yang ada perjalanan jauh harus mereka tempuh terlebih bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan biaya lebih harus mereka keluarkan untuk melengkapi keinginannya.
sedang belajar
anak-anak SD Sumber Salak yang sedang belajar di luar kelas
Kesederhanaan mereka semakin lengkap dengan adanya penerangan di rumah mereka yang berasal dari jenset, sehingga gelap gulitanya malam dapat dihindari namun sungguh disayangkan pula sebuah titik cahaya harus direnggut di angka 10 karena pada pukul 22.00 kegelapan yang ada di sekitar desa tersebut demi menghemat penggunaan bahan bakar jenset [solar] bahkan kegelapan ini masih terasa hingga adzan subuh terdengar maka sholat subuh di tengah kegelapan adalah suatu hal yang biasabagi mereka.
Namun apakah kegelapan ini juga akan menimpa masa depan mereka yang berproses di bangku pendidikan? di desa tersebut ada satu SDN SUMBER SALAK dimana murid-muridnya berasal dari desa tersebut secara keseluruhan karena tidak mungkin dari desa lain melihat dari lokasi desa ini berjauhan dari desa yang lainnya. Adapun pengelola dari Sekolah Dasar tersebut yang sudah mendapatkan anugerah dari pemerintah berupa sebutan Pegawai Negeri Sipil ini yang dipilih oleh pemerintah yang berasal dari luar desa tersebut.
Ada beberapa keuntungan yang didapatkan dari keputusan pemerintah ini yaitu suatu pembaharuan dimana sebuah pengalaman yang didapatkan dari tempatnya berasal kemudian dibagikan dan riterapkan tentu bisa memberikan dampak yang baik dalam penetuan suatu kebijakan yang baik untuk memberikan terobosan baru untuk memperbaiki mutu pendidikan di Desa Sumber Salak. Mungkin itulah pesan tersirat pemerintah untuk mengutus orang-orang luar yang dianggap mampu membuat suatu pembaharuan terlebih hal tersebut berada di daerah yang tertinggal tentu langkah tersebut menjadi suatu kebijakan yang baik secara teori.
menunggu jam masuk mereka bermain bersama kuda
Secara garis besar tetap kembali kepada personality seseorang dimana jika dia menganggap suatu amanat adalah suatu pesan yang harus disampaikan dan dipertanggungjawabkan sesuai pesan tersebut tentu tidaklah menjadi permasalahan namun hal ini akan menjadi permasalahan yang penting adalah ketika amanat tersebut sudah tidak sesuai dengan apa yang diamanatkan yang memberikan suatu pertanyaan ingin kemankah anak-anak Desa Sumber Salak?.
dia [pengelola sekolah] jarang datang ke sekolah kadang-kadang hanya satu minggu satu kali atau malauh tidak, bahkan kalau sduah musim penghujan dalam satu bulan tidak datang sama sekali, tentunya hal ini berdampak ke murid-murid. Ya memang perjalanan ke sini jauh tapi yang namanya tanggungjawab jadi harus dilaksanakan, kalau terus begitu sama saja makan gaji butaungkap bu kholik.
Sungguh malang mereka yang menuntut ilmu dengan semangat telah menjadi korban tanpa terasa, maka alangkah lebih baiknya pengelola sekolah tersebut berasal dari penduduk setempat yang lebih mngetahui dan mengenal secara psikologis warga dan lingkungan setempat dan juga hal ini menjadi lebih efisien dalam melakukan suatu pengawasan, sedangkan untuk suatu kesetaraan pengajaran akademik bisa dilakukan dengan melakukan training bagi guru-guru dan penyuluhan dari pemerintah.
Tulisan ini merupakan salah satu contoh pendidikan yang ada di indonesia, walaupun dunia pendidikan indonesia semakin berkembang bahkan banyak peminat-peminatnya dan hal tersebut direspon dengan baik oleh pemerintah dimana jumlah PNS yang setiap tahunnya semakin bertambah begitupun nominal gajinya, namun hal tersebut perlu di evaluasi secara bijaksana pertama pendidikan di indonesia.
Dunia pendidikan di Indonesia yang saat ini dapat dikatakan meroket, ternyata perlu dilakukan suatu evaluasi, pertama, mengambil kesempatan dalam kesempitan mungkin istilah ini yang tepat yang ditujukan kepada mereka-mereka yang mengambil keuntungan pribadi dari kesulitan orang lain, dimana seringnya berganti kirikulum yang disarankan oleh pemerintah, tentu ini memberikan suatu dampak yang baik apabila dilihat secara sekilas karena dengan bergantinya kurikulum tentu telah disesuaikan dengan perubahan zaman yang semakin cepat, namun di sisi lain tentu hal ini sangat memberatkan bagi sekolah-sekolah yang berada di pedalaman atau sekolah-sekolah miskin yang ada di pedesaan dimana mereka harus membeli buku-buku baru setiap adanya perubahan terlebih harga-harga buku yang dijual sangat mahal sehingga harus berpikir berulang kali untuk mebeli buku tersebut, ataukah memang hal ini sudah diskenariokan dengan para penerbit buku pelajaran, maka yang timbul adalah penggunaan buku-buku yang lama atau kurikulumnya sudah dapat dikatakan kadarluasa maka dampaknya adalah ketika dilaksanakan ujian semester dimana soal yang mereka terima berasal dari pemerintah daerah padahal sebelumnya telah terjadi perubahan kerikulum sehingga materi soal yang mereka terima berbeda dengan apa yang mereka pelajari sehari-hari apalagi ketika Ujian Akhir Nasional (UAN), tapi untunglah sekarang nilai UAN tidak terlalu memberikan pengaruh besar terhadap kelulusan siswa.
Guru bukanlah profesi melainkan sebagai pengabdian, itulah ungkapan guruku Abdul Malik. Walaupun dikethui bahwa guru juga manusia yang memiliki kebutuhan yang kompleks untuk melengkapi kehidupannya namun perlu disadari pula bahwa yang salah adalah menjadikan guru adalah suatu profesi sebagai lahan mengeruk keuntungan untuk menambah kekayaan, sebagai contohnya adalah pemanfaatan uang siswa yang harus membeli fotokopi soal ulangan harian dengan harga berlipat ganda yang seharusnya harganya berkisar 100-200 rupiah bisa menjadi 1000, 2000 bahkan ada yang sampai 5000 yang tentunya semakin mencekik yang mereka ajari, memberikan segala atribut yang tidak terlalu mempengaruhi kegiatan belajar mengajar dimana dia sendiri yang menjual tentulah hal ini kan memberikan keuntungan di salah satu pihak dengan alasan yang tidak logis. Kemudian dengan banyaknya peminat untuk menjadi seorang guru dimana setiap berbincang dengan mereka yang menempuh keguruan dimana tujuan yang mereka tuju adalah setelah lulus mereka dapat mengajar lalu menjadi PNS dengan membincangkan gaji PNS yang semakin besar terlebih setelah pensiun dia mendapatkan  tunjangan.
Selanjutnya adalah sekolah-sekolah yang berada di daerah pedalaman yang seharusnya mereka disupport secara lebih dengan alasan memberantas kebodohan yang ada di pelosok yang dari gelap menjadi setitik penerang, justru hal tersebut berkebalikan dimana sekolah-sekolah besar yang berada di kota yang membuat sebuah lampu menjadi sedikit lebih terang mendapatkan support yang tinggi dari pemerintah padahal secara independen mereka mampu membiayai keseluruhannya. Ungkapan bangga untuk guru-guru yang aku anggap adalah guru yang sesungguhnya yang membela anak-anak yang berada jauh dari keramaian kota atas kebijakan penyetaraan Ujian Akhir Nasional.
Semoga pendidikan di Indonesia dibawa ke arah yang yang lebih baik dengan meningkatnya kesadaran pentingnya pendidikan bagi seluruh warga Indonesia baik yang berada di pedalaman dan di kota, dengan perkembangan yang diikuti kualitas yang setara dengan apa yang telah dikorbankan.

Rabu, 20 Juni 2012

HUTANKU KINI MALANG




hutan
Tak ada tempat berteduh bagi para hewan-hewan kita disaat anak cucu kita tumbuh berkarya di muka bumi ini, karena sesuap nasi bagi mereka-mereka yang menstratakan ekonomi pada kasta yang tinggi tanpa pertimbangan ekologi yang mereka seharusnya bisa prediksi atau karena belum tegasnya penegak hukum terhadap hutan-hutan kita atas tindakan pemerkosa hutan seperti yang diungkapkan oleh Pak Mu’i dalam bincang-bincang hangat dengannya.
Banyak opini dia, dia, dan dia yang seharusnya bertanggungjawab atas semuanya sehingga menciptakan vonis bagi suatu pihak maka yang timbul adalah perang urat syaraf semu yang saling menuduh satu sama lain. Ungkapan sejarah yang banyak memberikan kisah-kisah arif sebagai suatu media analisa komparatif terhadap suatu permasalahan, banyak kita dengar mengenai Hutan Taman Nasional Meru Betiri seperti banyak binatang-binatang yang masih terlihat di sekitar penduduk seperti Harimau, banteng, Kijang, Monyet, Anjing, berbagai jenis burung, dan lain sebagainya, namun pada waktu itu beberapa dianggap hama bagi sebagian waga sehingga mereka dianggap sebagai musuh bagi para petani.
hutan
kini hanya beberapa jumlah flora dam fauna kita yang mampu bertahan dari lingkungan, musuh dan manusia hal tersebutpun harus dihentikan dengan diberlakukan Undang-Undang beserta sanksi bagi mereka-mereka yang nakal, walaupun tidak semua merasa takut dengan ancaman tertulis tersebut. Undang-Undang RI N0. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya cukup jelas mengatur segala bentuk perlindungan bagi flora dan fauna yang berada di daerah konservasi seperti yang tertuang pada pasal 33 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
(   1)setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional.
(   2)Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
(  3)Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman raya, dan taman wisata alam.

Bukanlah perkara mudah untuk merealisasikan hal ini secara hitam di atas putih butuh proses dan butuh tanggungjawab lebih, tindakan preventif mulai berjalan ternyata bukanlah memberikan suatu titik jera bagi mereka. Penebangan pohon yang di temukan selama perjalanan dari sungai Watu Ungkal hingga Puncak Katesan di Hutan Taman Nasional Meru Betiri terlihat beberapa pohon-pohon besar tumbang karena dipotong oleh manusia entah motif apa yang mendasari mereka, jalur antara Watu Ungkal hingga Puncak Katesan hanya sebagian kecil dari luas Hutan Taman Nasional Meru Betiri sehingga memberikan beberapa asumsi bahwa kemungkinan besar di daerah lain yang tak terjamah secara umum lebih besar, bahkan menurut Bu Kholiq warga Sumber Salak bahwa mereka [para pencari kayu secara illegal] menginap di hutan sampai berhari-hari.
Secara bijaksana ini adalah sebagai masukan informasi yang penting bahwa semakin menurunnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian alam dan takut terhadap sanksi, atau sebagai evaluasi bagi kita semua sebelum tindakan represif alam yang menegur kita sehingga menimbulkan kesadaran sesaat yang kemudian hilang entah kemana. Ataukah ungkapan syair lagu Hutan-Hutan ku yang dinyanyikan oleh Tamasya Band akan menjadi nyata Meru Betiri berubah menjadi tambang sungguh memilukan jika hal ini benar-benar terjadi, sehingga menjadi sebuah cerita sejarah yang menghibur bagi anak cucu kita nanti.

Hutanku kini malang
Sapa embun pagi hari mu sejuk mengiris kulit ku hingga dingin menusuk daging
Kurangkai kata-kata bisu di setiap langkahku
Entah engkau dapat mendengar dan merasakannya

Hutanku kini malang
Apakah benar tangisan dan marahmu bisa kami rasakan
Sungguh pilu tubuhmu mencurahkan air kehidupan untuk mereka
Entah mereka dapat mendengarkan dan merasakannya

Hutanku kini malang
Tegarkah engkau ucapkan kata rela bagi mereka
Tubuhmu tak dapat bergerak namun kau bisa marah
Entah dia dapat mendengar dan merasakannnya

Hutanku kini malang
Merintihkah engkau ketika kau dianggap pelacur
Hanya rasa sesak tertahan adalah pilihan
Entah aku dapat mendengar dan merasakannya

Hutanku kini malang
Teriaklah dan hunuslah mereka dengan belati kayumu
Kuburlah mereka dengan tanahmu
Supaya kami bisa mendengar dan merasakan









Jumat, 08 Juni 2012

canDraBagha: PERJALANAN KE SITUBONDO

canDraBagha: PERJALANAN KE SITUBONDO:             Begitu keras getaran ini hingga telingga ku terasa bosan mendengar suara getaran tersebut, ternyata sara itu berasal dari HP ...

PERJALANAN KE SITUBONDO


            Begitu keras getaran ini hingga telingga ku terasa bosan mendengar suara getaran tersebut, ternyata sara itu berasal dari HP ku yang berada di sebelah telingaku, itu adalah suara sms masuk lalu aku baca ternyata ada sms dari Diah patner  kerja di warnet Ozone tempat aku bekerja. Dia meminta tolong kepadaku untuk menggantikan dia menjaga warnet, wajah bingung timbul sesaat kemudian karena pada hari ini Sabtu tangal 02 Juni 2012 aku memiliki planning ke Situbondo bersama mas Yess untuk menemui Kluwek.
            Sms tersebut tidak langsung aku balas karena aku masih binggung karena dia meminta dengan alasan ingin menyelesaikan masalah keluarga, dengan segera aku sms ke Watu adik organisasiku untuk menggantikan aku, namun hasilnya nihil ternyata dia ada belajar kelompok dengan teman-temannya. Dengan berat hati akhirnya aku mengatakan tidak bisa membantu Diah karena kau telah berjanji akan menemui Kluwek, karena janji bagaikan sebuah hutang yang harus depenuhi mungkin kita sering mendengar bahwa seorang laki-laki harus menpati janjinya, dapat dikatakan Frase tersebut benar namun hal tersebut tidak hanya terbatas untuk manusia yang memiliki jenis kelamin laki-laki hal melainkan perempuan memiliki tanggungjwab seperti ini.
            Keberangkatanku diperkirakan berangkat sekitar pukul 10 atau 11 WIB, ternyata melenceng terlalu jauh hal ini dikarenakan Mas Yess mencari suntikan dan untuk melakukan perjalanan ini, rencana awal keberangkatan kami bersama dengan teman-teman Mahadipa dengan pertimbangan mendapatkan pinjaman dari Mas Blendes dengan syarat pergi pada pukul 3 sore. Menunggu waktu sambil ngobrol adalah tindakan yang kami pilih kemudian erdengar suar sepeda dengan suara knalpot bising yang diberikan ke telinga kami, dia adalah Teh Kiki denfan helm hitam menutupi kepalanya. Setelah motor tersebut sampai di dipan sekret maka diberhentikan mesin kuda besi tersebut maka hilanglah kebisingan itu, turunlah The Kiki dari kuda besi tersebut lalu membuka kaca helmnya ke atas, maka terlihatlah wajahnya.
            Obral-obrolpun tetap berlangsung dengan tambahan personil baru, hingga pada akhirnya Mas Yess meminjam uang ke Teh Kiki sebesar 50 ribu rupiah, dengan keputusan bahwa jikalau menunggu Mas Blendes yang berangkat jam 3 sore memberikan suatu kekhawatiran bagi kami karena seringkali HP aku, Mas Yess, dan Mas Sodhunk bergetar dengan orang yang sama kami mendapatkan sms tersebut yaitu Kluwek dengan rintihan ketidaknyamanannya berada di sana dengan alasan sakit dan cepat ingin pergi dari tempat Temu Angkatan 2011, yang dilaksanakan di Pasir Putih Situbondo.
            Setalah mendapatkan suntikan dana dari Teh Kiki kami pun bergegas untuk menuju Situbondo, kami berangkat pada Pukul 13.19. perjalananpun dimulai namun timbul keraguan baru bahwa jalur yang akan kami lewati adalah rute wisata Arak-arak, memang aku pernah ke Pasir Putih dan mealalui Wisata Arak-Arak, namun aku lupa jalan yang harus ditempuh karena banyak tinkungan yang harus dilalui ditambah dengan Mas Yess tidak pernah melewati Jalur tersbut, kepasrahan adalah pilhan terbaik lagipula kami yakin tidak akan tersesat, bagiku tak tahu arah di daerah penduduk merupakan suatu kebodohan bagiku hal tersebut bukanlah tersesat melainkan malu untuk bertanya, hal itulah yang menjadi permasalahan. Aku akan mengatakan seseorang tersesat yaitu suatu ketidaktahuan arah waktu di hutan.
            Rute Arak-Arak kami pilih ternyat setelah dilalui kembali jalannya tidak terlalu rumit dan pemandangan yang bagus kami dapatkan, sesampai di Arak-Arak kami memberhentikan kendaraan untuk istirahat sejenak. Pemandangan yang indah kami temui dimana dengan laut pantai utara yang berbatasan dengan bibir pantai tampak dengan jelas namun sungguh saying wisata itu terlalu membosankan karena tidak ada daya tarik wisata lainnya selain pemandangan sehingga tempat tersebut sangatlah sepi hanya ada aku dan Mas Yess.
            Perjalanan ke Pasir Putih dilanjutkan, masalah baru muncul yaitu Pasir Putih yang cukup luas sehingga sulit bagi kami untuk mengetahui secara jelas dimana kegiatan Temu Angkatan 2011 dilaksanakan, nomor Kluwek tidak dapat dihubungi akhirnya kami berhenti sejenak di warung kopi setelah Wisata Pasir Putih, ditemani 2 buah kopi susu sambil menikmati keindahan pantai Pasir Putih. Ternyata pada waktu itu ada latihan TNI Angkatan Laut dimana kami melihat satu kapal perang yang besar dan ada beberapa Boat menuju kearahnya. Begitu indah sore itu, aku pernah ke Situbondo yaitu pada tahun 2010 atau waktu aku semester satu, namun aku tidak kemana-mana karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri jadi semua orang sibuk bersilaturahmi ke sanak sodaranya.
            Tiba-tiba terdengar suara hape Mas Yess bergetar itu merupakan sms petunjuk dimana lokasi acara tersebut, kami langsung bergegas untuk menuju kea rah tersebut untuk mengajak Kluwek untuk istirahat di rumah Mas Juko’. Sampailah kami di lokasi dimana banyak tenda terbentang di bibir pantai, tenda tersebut adalah tenda teman-teman yang mengikuti kegiatan tersebut, istirahat sejenak untuk menghilangkan lelah setelah itu kami ajak Kluwek ke rumah Mas juko’, kami berangkat dengan dua buah sepeda motor dimana Kluwek diantar oleh Pemes. Tempat yang kami tuju bukan rumahnya melainkan warung Mas Juko’.
            Sampai sekitar jam 7 malam kami berada disana sambil menikmati hidangan ikan bakar yang disajikan oleh keluarganya, setelah itu kami pergi ke rumahnya untuk membersihkan diri sedangkan Pemes kembali ke lokasi acara. Setelah membersihkan diri kami langsung kembali ke lokasi acara hanya sekedar melihat kegiatan mereka kemudian berbincang ria di pinggir pantai anta aku, Mas yess, Mas Juko’ dan terang rembulan yang menyinari kami, setelah itu kami kembali namun tempat yang kami tuju adalah tempat penjualan ikan laut karena para pendamping teman-teman Temu angkatan atau sekaligus panitia Penanaman Mangrove ingin bakar-bakar ikan. Tempat tersebut berada di dekat portal dermaga Panarukan yang dikatakan bahwa dermaga tersebut memiliki panjang 4 Km dari bibir pantai setelah ikan dapat aku, mas Yess dan mas Juko’ langsung melanjutkan perjalanan ke dermaga tersebut namun teman-teman yang lain langsung kembali.

            Ternyata benar walaupun tidak aku hitung karena bagiku berapapun panjangnya tidak terlalu penting karena yang ada dalam pikiranku adalah suatu ketakjuban karena hal ini adalah yang pertama kalinya aku keluar dari bibir pantai atau berada di tengah laut terleih di malam hari. Di tempat yang aku temui adalah para pemuda-pemudi yang sedang berpacaran di pinggir dermaga, orang-orang sedang memancing, para pedagang, orang-orang sedang makan dan kendaraan-kendaraan baik yang diparkir atau yang mondar-mandir kesana kemari.
Acara selanjutnya adalah ngopi di tengah laut Situbondo bersama padang bulan yang menerangi kami selain lampu-lampu yang menggunakan energy matahari, kami duduk di sisi dermaga kemudian aku lihat ke laut ternyata banyak ikan-ikan yang mengerubungi cahaya kemudian dari jauh terlihat gemerlap lampu-lampu penduduk yang menambah keindahan malam itu dan beriringan angin meniup rambut kami bahkan para penjual ikan bakar tidak mengipasi ikannya waktu dibakar karena hembusan angin yang cukup kencang.
Ngobrol santaipu berakhir pada pukul 1 dini hari, kemudian kami langsung pulang ke rumah dan beristirahat untuk mempersiapkan tenaga untuk acara Penanaman Mangrove. Keesokan paginya kami ingin melkasanakan rencana untuk memancing di tengah laut, namun karena jumlah kami empat orang sedangkan perahunya hanya cukup untuk tiga orang sehingga memindahkam lokasi memancing dijadikan pilihan yang tepat yaitu menjadi di aliran sungai warung Mas Juko’. Sehabis memancing kami pergi berenang di pantai yang berada sekitar 2 Km dari lokasi warung, walaupun tidak bisa renang tapi aku menikmati waktu-waktu itu, setelah selesai berenang kami kembali ke rumah dan persiapan untuk acara Penanaman Mangrove.
Ketika di tempat penanaman kami bertemu Mas Hari dan kawan-kawan akhirnya kami berbincang ria sambil menunggu acara dimulai. Setelah menunggu kurang lebih satu jam akhirnya acara dimulai dengan upacara pembukaan yang kurang berjalan efektif karena kondisi terik matahari dan mungkin briefing yang kurang terlaksana dengan baik bahkan waktu Bapak Kepala BKSDA membuka acara tersebut ternyata teman-teman sudah melakukan penanaman terlebih dahulu sebelum dibuka sehingga simbolis pembukaan tersebut terasa sia-sia, walaupun upacara yang tidak berjalan dengan baik, acara penanan mangrove berjalan dengan baik dan tertib hingga berakhir sekitar pukul 17.00. kemudian kami kembali ke rumah yang dilanjutkan perjalanan kembali ke Jember.

Selasa, 29 Mei 2012

Masuknya Bangsa-Bangsa Asing Ke Indonesia


Pada tahun 1453 orang-orang Turki Ottoman menaklukan Konstantinopel, namun bila dibandingkan dengan orang-orang Eropa telah mengalami perkembangan teknologi  dengan pesat sehingga memberikan pengaruh bagi bangsa Portugis untuk mengaruni Samudera diman hal ini merupakan suatu petualangan yang paling berani sepanjang zaman hanya deengan berbekal pengetahuan geografis, astronomi dan arsitektur perahu.
            Selain didukung oleh perkdmbangan teknologi yang mendukung untuk melakukan ekspansi ke seberang lautan mereka juga memiliki tekad dan kepentingan-kepentingan khusus. Atas dorongan Pangeran Henry dan para pelindung lainnya, para pelaut dan petualang Portugis memulai pencarian panjang mereka menyusuri pantai barat Afrika untuk mencari emas, memenangi pertempuran, dan meraih jalan untuk mengepung lawan yang beragama islam. Mereka juga berusaha mendapatkan jalan ke Asia dengan tujuan memotong jalur pelayaran para pedagang Islam yang melalui yang melalui tempa penjualan mereka di Venesia (Mediterania), momonopoli impor rempah-rempah ke Eropa  Karena rempah-rempah merupakan soal kebutuhan dan juga cita rasa. Selama musim dingin orang-orang Eropa, tidak adap satupun cara untuk yang dapat dilakukan agar daging hewan ternak mereka dapat bertahan lama pada musim dingin. Hal tersebut dapa dilakukan dengan campuran rempah-rempa. Dimana asal rempah –rempah tersebut diimpor dari kawasan Asia tenggara termasuk Indonesia seperti cengkih.
            Ketenaran kawasan Asia Tenggara yang kaya akan rempah-rempah sehingga memberikan hasrat yang tinggi bagi orang-orang Eropa untuk dapat menguasai. Setelah mendengar laporan dari pedagang Asia mengenai kekayaan Malaka yang sangat besar, maka Raja Portugis mengutus Diogo Lopes de Sequeira untuk menemukan Malaka, menjamin hubungan persahabatan dengan penguasanya, dan menetap di sana sebagai wakil Portugis di sebelah timur India. Tugas Sequeira tersebut tidak mungkin terlaksana seluruhnya ketika dia tiba di Malaka pada tahun 1509. Pada mulan kedantangannya disambut baik oleh Sultan Mahmud Syah tetapi kemudian komunitas dagang Islam internasional yang tinggal di kota tersebut meyakinkan Sultan Mahmud Syah bahwa Portugis merupakan ancaman besar baginya, akhirnya ia berbalik melawan Portugis.
            Pada bulan April 1511. Alberqueque melakukan pelayaran dari Goa Portugis menuju Malaka dengan kekuatan kira-kira 1.200 orang dan 17 atau 18 buah kapal. Peperangan pecah segera setelah kedatangannya dan berlangsung terus secara sporadis  sepanjang bulan Juli  dan awal Agustus. Pihak Malaka terhambat pertikaian sengit antara Sultan Mahmud dan Putranya Sultan Ahmad. Hingga pada akhirnya kekalah bera di pihak Malaka, namun perlu diperhatikan juga bahwa Malaka mulai sekarat sebagai pelabuhan dagang selama berada di bawah cengkraman Portugis, karena mereka tidak pernah berhasil memonopoli perdangangan Asia. Mereka hanya punya sedikit sedikit pengaruh terhadap kebudayaan orang-orang Indonesia yang tinggal di Nusantara bagian Barat, dan segera merak menjadi bagianyang asing di lingkungan Indonesia.
            Sultan Ternate Abu Lais membujuk bangsa Portugis untuk mendukungnya, dan pada tahun 1522, mereka mulai membangun sebuah benteng. Sultan Mansur dari Tidore mengambil keuntungan dari kedatangan sisa-sisa ekspedisi pelayaran keliling dunia Magellan di tahun 1521 untuk membentuk satu persekutuan dengan bangsa Spanyol yang bagaimanapun, tidak memberikan banyak hasil dari periode ini.
            Hubungan Portugis dan Ternate berubah menjadi tegang karena upaya Portugis melakukan kristenisasi dan karena prilaku tidak sopan dari orang-orang Portugis sendiri pada umumnya. Pada tahun 1535, orang-orang Portugis di Ternate menurunkan Raja Tabariji dan mengirimnya ke Gowa yang dikuasai Portugis yang kemudian membaptisnya sehingga dia masuk agama Kristen. Namun sejarah portugis di maluku tidak berujung baik, karena  terjadi suatu peristiwa yaitu pembunuhan Sultan Hairun pada tahun 1570 oleh orang-orang Portugis, sehingga mereka diusir secara paksa dari Ternate pada tahun 1575 setelah terjadi pengepungan selama lima tahun.
            Pengusiran tersebut membawa Portugis ke Tidore dan membangun Benteng baru pada tahun 1578. Akan tetapi Ambonlah yang menjadi pusat utama kegiatan-kegiatan Portugis di Maluku. Ternate sementara itu menjadi sebuah negara yang gigih menganut Islam dan anti Portugis di bawah pemerintahan Sultan Baabullah dan Putranya Sultan ad-Din Berkat Syah.   
            Pada periode ini terjadi berbagai peperangan dan misionisasi dari orang-orang Portugis bagi mereka yang kalah dalam peperangan melawan Portugis terutama bagi raja yang ditaklukinya pembaptisan adalah kegiatan yang dilakukan kepada mereka yang ditakluki, karena hal ini merupakan salah satu tujuan awal mereka selain memonopoli rempah-rempah.
Kedatangan Bangsa Portugis ke tanah Nusantara yang membawa misi Perang Salib dan monopoli rempah-rempah namun tindakan mereka tentu mendapat tanggapan yang kurang baik, karena sebelum kedatangan mereka Nusantara sebagian besar telah memeluk Islam bahkan terjadi suatu konflik kekuasaan yang didapatkan reaksi dari raja-raja Nusantara. Setelah bangsa Portugis kemudian datang orang-orang Belanda yang mewarisi aspirasi-aspirasi dan strategi Portugis. Orang-orang Belanda membawa organisasi, persenjataan, kapal-kapal, dan dukungan keuangan yang lebih baik serta kombinasi antara keberanian dan kekejaman yang sama.
            Perang kemerdekaan Belanda melawan Spanyol pada tahun 1560-an dan berakhir pada tahun 1648, dimana karena perang tersebut memberikan pengaruh besar dimana pasaca perang tersebut orang-orang Belanda telah bertindak sebagai perantara dalam penjualan rempah-rempah secara eceran dari Portugis ke Eropa bagian utara, tetapi karena perang kemerdekaan tesebut, ditambah dengan bersatunya tahta Spanyol dan Portugal pada tahun 1850, yang mengakibatkan mengacaukan jalur orang-orang Belanda untuk mendapatkan rempah-rempah yang dibawa dari Asia oleh orang-orang Portugis.
            Pada tahun 1595, ekspedisi Belanda yang pertama siap berlayar ke Hindia Timur. Sebanyak 4 buah kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam berangkat di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Pada tahun 1596, kapal-kapal de Houtman tiba di Banten, pelabuhan lada de terbesar di Jawa Barat. Di sana orang-orang Belanda segera terlibat dalam konflik, baik dengan orang-orang Portugis maupun dengan orang-orang pribumi, hingga pada akhirnya de Houtman meninggalkan Banten dan berlayar ke timur dengan menyusuri pantai utara Pulau Jawa, sambil melakukan banyak penghinaan dan menyebabkan kerugian yang besar di setiap pelabuhan yang dikunjunginya.
            Pada zaman yang dikenal sebagai zaman pelayaran liar (wilde vaart), yaitu ketika perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda yang saling berasaing dan berjuang keras untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia. Pada tahun 1599 armada yang dipimpin oleh Jacob van Neck tiba di Maluku, diman rombongan tesebut diterima dengan baik sehingga ketika armada tersbut kembali ke negara asalnya dimana kapal-kapalnya mengengkut cukup banyak rempah-rempah yang menghasilkan keuntungan besar 400 persen.
            Sebelumnya pada tahun 1598 Parlemen Belanda (staten general) mengajukan sebuah ulasan supaya perseroan-perseroan yang saling bersaing sebaiknya menggabungkan kepentingan mereka masing-masing ke dalam satu fusi dimana hal tersebut dapat terwujud dalam waktu empat tahun. Pada bulan Maret 1602, perseroan-perseroan yang saling bersaing bergabung membentuk Perserikatan Maskapai Hindia Timur, VOC (Vereening-de oost-Indische Compagnie). Pada tahun-tahun pertama, Heeren XVII menangani sendiri segala urusan VOC, tetapi segera disadari bahwa mereka tidak mungkin mengelola dengan baik pelaksanaan tugas harian di Asia. Jarak kawasan yang sangat jauh sehingga pertukaran berita antara Amsterdam dan Indonesia dapat memakan waktu dua atau tiga tahun sehingga dibentuklah cabang VOC yang berada di Ambon (Indonesia).
            Orang-orang Portugis yang lebih dulu berada di Ambon mendapatkan tekanan berat yang dilancarkan oleh musuh-musuh lokal mereka pada akhir abad XVII, namun dengan kedatangan orang-orang Belanda yang juga menginginkan daerah tersebut, sehingga Belanda memanfaatkan situasi tersebut, yaitu dengan membantu Hitu yang tak lain adalah musuh dari Portugis. Akhirnya, orang-orang Portugis menyerah yang berlanjut dengan VOC menduduki benteng Portugis di Ambon, mengganti namanya dengan Victoria.
            Meskipun sudah mendapatkan keberhasilan di Ambon, tetapi orang-orang Belanda masih jauh dari tujuan mereka yaitu memonopoli semua rempah-rempah sehingga harus dilakukan langkah-langkah yang lebih keras, sehingga pada tahun 1610 diciptakan jabatan Gubernur Jenderal, sedangkan untuk mencegah kemungkinan kekuasaan Gubernur Jenderal yang despotis, maka dibentulah Dewan Hindia (Raad van Indie) untuk menasehati dan mengawasinya.
            Kebutuhan markas besar yang permanen di Nusantara bagian barat semakin terasa dengan meningkatnya ancaman persaingan dari pihak Inggris yang juga ikut dalam melangsungkan perdagangan rempah-rempah. Selama 1611-1617, orang-orang Inggris juga mendirikan kantor-kantor dagang mereka di Indonesia diantaranya di Sukadana, Makasar, Jayakarta, Jepara, Aceh, Pariaman, dan Jambi. Konflik Inggris-Belanda semakin memuncak ketika orang-orang Belanda merasa bahwa cita-cita monopoli mereka telah luput.
            Pada awal abad XVII pihak VOC mendapatkan ancaman militer lebih kecil dari pihak Inggris dibandingkan dengan pihak Portugis dan Spanyol. Namun demikian, kegiatan-kegiatan Inggris telah memperbesar keinginan VOC untuk mendapatkan suatu pusat pertemuan. Kegiatan orang-orang  Inggris tersebut juga memberikan kesan kepada VOC tentang perlu ditingkatkannya langkah-langkah yang keras apabila mereka ingin mencapai tujuan untuk memonopoli rempah-rempah, pada tahun 1619 Jan Pieterzoen Coen menjadi Gubernur Jenderal dan dialah yang menempatkan VOC pada suatu tempat berpijak yang kokoh dimana cara kekerasan dilakukan olehnya yaitu melalui peperangan untuk dapat menguasai perdagangan.
            Akibat kebijakan Coen sehingga terjadi peperangan di berabagai kawasan Nusantara dan mengakibatkan banyak korban bagi kaum pribumi, namun karena kebijakannya Belanda besahasil mewujudkan apa yang diinginkannya yaitu memonopoli rempah-rempah. Selain itu Coen juga mendapatkan pusat pertemuan untuk VOC, dimana Coen lebih menyukai Jayakarta untuk dijadikan sebagai markas besar VOC yang permanen.  Tempat ini memiliki pelabuhan yang sangat bagus, yang telah dipuji oleh Tome Pires satu abad sebelumnya sebagai salah satu pelabuhan terbaik di Jawa, dan Coen mengira bahwa VOC dapat berkuasa sepenuhnya di sana. Jayakarta diperintah oleh seorang Pangeran Muslim bernama Pangeran Wijayakrama yang merupakan vasal Banten. Terjadi ketegangan antara Jayakarta dan Banten, dimana orang-orang Belanda maupun Inggris terlibat di dalamnya.
            Pada bulan Desember 1618, Banten mengambil keputusan untuk menaklukan Jayakarta dan VOC. Laksamana Inggris, Thomas Dale, didesak untuk pergi ke Jayakarta untuk mengusir orang-orang Belanda yang ada di sana. Di pelabuhan Dale di hadang oleh Coen, namun Dale dapat memukul mundur Coen dan armadanya. Kemudian Dale dan Wijayakrama bersama-sama mengepung benteng Belanda. Ketika personil VOC mengambil keputusan untuk menyerah pada akhir Januari 1619, secara tiba-tiba muncul balatentara Banten menghalangi maksud mereka. Karena Banten tidak ingin pos VOC yang mneyusahkan itu digantikan oleh pos Inggris yang tentunya juga sama akan menyusahkan bagi Banten. Sehingga terjadi petempuran yang mengakibatkan kekalahan di pihak Thomas Dale dan Wijayakrama, dan akhirnya VOC tetap menduduki pos mereka sedangkan balatentara Banten menduduki kota. Kemdian pada tanggal 12 Maret 1619 Jayakarta diubah namanya menjadi Batavia yang diambil dari nama suku bangsa Jerman Kuno di Negeri Belanda.
            Pada tanggal 30 Mei 1619, Coen menyerang kota, meratakannya dengan tanah, dan memukul mundur tentara Banten. Pada akhirnya Jayakarta menjadi markas besar kerajaan niaga voc yang luas, dimana VOC dapat membangun pusat militer dan administrasi di tempat yang relatif aman bagi pergudangan dan pertukaran barang, yang terletak di Nusantara bagian barat dan mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia Timur, Timur Jauh, dan Eropa.
            Akan tetapi, timbul pula dampak-dampak yang kurang menguntungkan bagi VOC, pendudukan permanen atas Batavia memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengelolanya. Meskipun jumlah penduduknya yang berkebangsaan Eropa tidak banyak, namun kota tersebut berkembang pesat ketika orang-orang Indonesia dan terutama orang-orang Cina pindah ke sana untuk mengejar keuntungan perdagangan yang ditawarkan Batavia bagi mereka. Penduduk ini perlu diberi makan, yang berarti bahan makanan harus diimpor, dan sumber terdekatnya ialah pantai utara Jawa dan juga mengantisipasi dari serangan-serangan yang mungkin terjadi seperti Banten di Barat dan Mataram di timur. Batavia merupakan penyebab utama merosotnya kondisi keuangan VOC. Kota ini juga menjadi landasan bagi berkembangnya  pemerintahan Belanda di Jawa nanti. Tetapi tentu saja hanya setelah menimbulkan banyak pertumpahan darah dan kesulitan.

M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta. Serambi. 2005.