Gedung Nasional Indonesia |
Penasaran
dengan Gedung Nasional Indonesia (GNI) yang terinspirasi dari kaledoiskope Unej
yang menceritakan tentang evolusi
UniversitasJember mulai dari
kelahirannya yang diberi nama Unita (universitas
Tawang Alun),
kemudian remaja menjai Universitas Negeri Jember, hingga dewasa dikenal Universitas Jember.
Ada satu hal yang
menarik ketika baru pertama kali Universitas Tawang Alun membuka pendaftaran
mahasiswa baru tahun ajaran 1957/1958
Kegiatan pendaftaran penerimaan calon mahasiswa sudah terlaksana dan sudah
mendapatkan beberapa calon mahasiswa, namun belum juga terlaksana suasana
kegiatan perkuliahan dengan alasan Universitas Tawang Alun secara resmi
keberadaannya masih belum diakui, para calon mahasiswa sudah tidak sabar ingin
mengecup manisnya bangku perkuliahan harus rela menunggu kepastian merubah
status mereka menjadi mahasiswa.
Pada hari minggu
tanggal 3 November 1957
para calon mahasiswa yang dipimpin oleh Alwi Gelar Raja Mangkuto
mendesak agar pihak yayasan segera meresmikan berdirinya Universitas tersebut,
dengan demikian maka kegiatan perkuliahan bisa segera dimulai. Apa yang para
calon mahasiswa lakukan ternyata berbuah manis keesokan harinya tepat hari
senin tanggal 4 November 1957
dilaksanakan kuliah pertama di Ruang Taman Bacaan Rakyat Gedung
Nasional Indonesia atas pinjaman dari M.
Soemardi Mangondarmodjo yang diikuti
sebanyak 18 mahasiswa.
GNI tampak dari depan |
Itulah sekilas sejarah GNI yang
dijadikan tempat kuliah pertama, sungguh terkejut ketika melihat saat ini
spanduk besar partai politik terpampang. Dengan murah senyumnya foto besar itu
tersenyum kepada setiap orang yang lewat di depannya. Dibawah foto orang
tersenyum itu ada tulisan GNI Futsal, saya sendiri jadi tambah pusing setahu
saya kalo emang itu lapang futsal di depannya minimal ada gambar bola minimal
tapi kok malah gambarnya orang senyum. Apa mungkin sekarang yang dinamakan bermain
futsalan adalah bermain senyum-senyuman sudah bukan bermain bola lagi?
GNI dari samping sebelah kanan |
Akhirnya daripada pusing dengan
tulisan yang ada halaman depan saya melanjutkan perjalanan mengelilingi gedung
tersebut, kemudian laju sepeda ini terhenti melihat sebuah kedai sederhana
dengan Tulisan “ES KELAPA” yang berada tepat di sebelah kiri gedung. Bagaikan melihat oase di gurun pasir tanpa piker panjang
aku tarik badan ini menuju kedai tersebut.
Cak Lie nama pemiliknya hal itu aku
ketahui karena melihat banner besar bertuliskan Cak Lie. Aku pesan satu gelas
es kelapa minum di TKP (Tempat Kejadian Pembelian) alias makan di tempat. Mungkin
karena aku soerang diri dan terlihat seperti orang tak tau arah jalan pulang
(tersesat). Dia pun melontarakan beberapa pertanyaan kepadaku sehingga
mengakibatkan perbincangan yang cukup panjang kali lebar. Dengan sengaja pula
aku menyisipkan pertanyaan mengenai GNI untuk mengetahui gedung tersebut dalam
perbincangan kami karena secara pengauannya dia merupakan penduduk asli daerah
tersebut.
Informasi yang saya dapatkan bahwa
sebelumnya gedung ini merupakan gedung bioskop yang sangat ramai sebelumnya hingga
pada akhirnya bioskop ini gulung tikar, kemudian memunculkan nama Gi Xing si penyewa
gedung tersebut saat ini. Ini adalah kesimpulan informasi yang saya dapatkan
dari beliau. Namun sayang sekali ketika
saya memberi informasi bahwa dulu ketika Unej belum memiliki gedung perkuliahan
maka gedung ini yang digunakan beliau tidak tahu karena memang Cak Lie belum lahir.
Kemudian saya diajak masuk ke dalam gedung tersebut, gedung ini terdapat dua
bidang yang berbeda belakang olah raga depan politik. Pada bagian belakang sisa-sisa
kalau ini bekas gedung bioskop ternyata masih terlihat diantaranya adalah
langit-langit yang berada di atas lapangan yang masih banyak soundsystem
terpasang, sedangkan bagian depan tembok-temboknya sudah ber-cat partai. Setelah
masuk ke dalam saya langsung berpamitan dan tancap gas untuk kembali ke sekretariat
SWAPENKA.
Catatan penting dari mencari informasi
saat pada waktu itu adalah, ternyata gedung yang memiliki sejarah perkuliahan
pertama Universitas Kebanggaan Jember sekarang menjadi gedung lapangan futsal
dan sekretariat partai politik. Gedung tersebut digunakan perkuliahan cukup
lama yaitu mulai tanggal 4 November 1957 hingga 23
Mei 1959. Gedung tersebut
ditinggalkan dari kegiatan perkuliahan dikarenakan ruangan tersebut ingin
digunakan kembali sebagai Ruang Taman Bacaan
Rakyat kemudian
perkuliahan dipindahkan ke gedung
SMP Katolik
Santo Petrus.
0 comments:
Posting Komentar