contoh hape pertamaku (gambar ngambil dari mesin pencari) |
“Ya udah, hati-hati
lu di sono ya. Pokoknya jangan nakal di tempat orang” (ya sudah, hati-hati
di sana. Yang terpenting jangan nakal di tempat orang) lanjutnya.
Momen ini adalah
detik-detik terakhir sebelum aku berangkat ke negeri antah brantah untuk
menuntut ilmu ke negeri tembakau (Jember). Perlu diketahui juga momen tersebut merupakan detik-detik pertamaku memiliki alat
kumunikasi secara pribadi.
Handphone
pertamaku tidak keren apalagi canggih, bayangkan saja ketika hidup layarnya
berwarna orange, tidak bisa diisi lagu, tidak bisa ditambah game, dan tidak bisa untuk berfoto ria. Namun
hp sakti madraguna, pasalnya sudah lebih dari sepuluh kali terjatuh hingga kaca
pelindung lcd-nya pecah, dua kali
berenang di sayur soup yang masih panas dan dua kali juga berenang di dalam
segelas kopi. Setelah mengalami beberapa siksaan hp tersebut tetap mampu
berfungsi sebagaiman mestinya walau tanpa kaca pelindung lcd.
“Allah tidak akan menyianyiakan bagi hamba-Nya yang menuntut
ilmu”, kata-kata itulah yang menjadi penguat aku untuk menuntut ilmu, terlebih
ini adalah hal pertamaku menuntut ilmu sangat jauh dari kampung halaman dan
dengan saku seadanya.
Ada suatu kejadian dimana aku memengenal kebesaran Tuhan
dengan perantara hp tersebut. Kisah tersebut berawal dari pertukaran hp dengan
sahabatku bernama Machy. Barang yang ditukar adalah hp smart-ku dengan hp Telkomsel
dual simcard qwerty yang jauh lebih maju.
Motif pertukaran ini adalah karena temanku kasihan melihat hp yang aku miliki, karena
dia khawatir membuat aku tersinggung akhirnya ijab sahabatku dari pertukaran tersebut adalah bahwa hp smartku
digunakan sebagai modem untuk laptopnya. Tidak ingin menyakiti niat baiknya
akupun menyetujui pertukaran hp beserta nomernya.
contoh hape yang ditukar Machy. |
Namun Kebahagiaan tersebut hanya berlangsung kurang dari
tiga minggu, kecelakaan tunggal tertulis dalam kisah sejarah hidupku. Aku menabrak
sebuah pembatas jembatan hingga pembatas jalan tersebut pecah dan aku
terbanting dari sepeda motor. Kecelakaan tersebut mengakibatkan tubuhku terdapat
lecet di beberapa bagian namun yang lebih menderita adalah sepeda motor yang
aku kendarai. Dia tidak dapat berjalan lagi akibat roda depan melengkung yang
membetuk seperti huruf L ditambah stirnya bengkok.
Kemudian aku merogoh ke kantong celanaku mengambil hape
untuk menghubungi teman-temanku meminta bantuan. Betapa shoknya aku melihat hp
telkomselku sudah membentuk huruf U dengan layar yang pecah. Dapat dikatakan
dia sudah tidak bisa diselamatkan lagi.
Setelah kejadian tersebut hidupku sudah tidak ada semangat
lagi pandanganku kosong. Dalam pikiranku yang terbesit adalah bagaimana caranya
untuk mengganti semua kerusakan yang telah aku perbuat. Aku mencoba menghitung
berapa besar biaya yang harus aku keluarkan kemudian mncul nominal sekitar Rp
500.000. Mungkin bagi sebagian orang itu bukanlah nominal yang besar, namun
bagiku itu adalah nominal luar biasa. Hal tersebut aku lakukan karena orang
tuaku tidak bisa mengirimi uang seperti teman-teman kuliahku lainnya. Ayahku
yang bekerja sebagai tukang bangunan dimana dia harus memenuhi kebutuhan ibu
dan ke empat adikku itupun kami masih kekurangan. Untuk kebutuhan sehari-hariku
di kampus saja aku harus berjualan
kripik itupun belum termasuk biaya kuliah.
Berita kecelakaan dan kerusakan tersebut terdengar sampai
ke telinga Machy, hingga suatu hari dia menemui aku sambil menyodorkan hp
smartku yang sudah menginap di rumahnya kurang lebih satu bulan.
“Ini hp mu ambil lagi aja
Yan, lagipula hp-mu gak pernah aku hidupkan apalagi aku pakai” Seru Machy.
Aku sempat beberapa
kali menolaknya, karena aku merasa tidak enak dengannya. Aku sudah merusak
hp-nya sekarang dia mengembalikan hp-ku tanpa harus mengganti apapun. Sungguh
baik sahabatku yang satu ini. Dalam hati aku berdoa semoga sahabatku ini diberi
kebaikan yang berlimpah oleh Allah SWT.
*****
Enam minggu kemudian. Setelah menyelesaikan ujian semester
aku dan masuk yang dikenal dengan minggu tenang, dimana sudah tidak ada lagi
kegiatan belajar mengajar di kampus. Minggu dimana mahasiswa jantungnya
berdebar menunggu hasil kuliahnya selama satu semester. Kesempatan ini aku
jadikan sebagai waktu untuk bermain ke rumah guru SMA sekaligus refreshing selama satu minggu.
Baru satu hari di sana, aku mendapatkan sms dari Kepala Bagian Kemahasiswaan
bahwa aku mendapatkan beasiswa dan segera mengurusi persyaratan untuk pencairan
dana dan batas waktu pencairan dua hari lagi. Dengan segera aku mengurusi
persyaratan tersebut walaupun mengalami berbagai permasalahan terutama masalah
administrasi akhirnya aku dapat mencairkan dana beasiswa tersebut tepat di hari
terakhir.
Berasal dari uang beasiswalah aku dapat mengganti
hutang-hutang akibat kecelakaan dan dapat membayar keuangan semester. Kemudian
aku berpikir dari mana Kepala Bagian Kemahasiswaan dapat mengetahui nomer hp
smartku. Lama aku berpikir dan baru ingat bahwa empat bulan yang lalu aku
pernah mengisi formulir beasiswa dimana aku mencantumkan nomer hp smart di
formulir tesebut.
Subhanallah……… aku
baru saja masuk dalam rencana Tuhan yang tidak pernah aku sadari. Seandainya
saja kecelakaan itu tidak terjadi maka aku masih menggunakan hp telkomsel, dan
mengakibatkan aku tidak pernah tahu apakah aku dapat beasiswa atau tidak,
karena informasi tersebut dikirim melalui sms
ke nomer-nomer yang tercantum di formulir.
Ini kisah hape pertamaku, kini dia sudah betul-betul rusak
dan tidak tahu dimana keberadaannya. Hp pertamaku memberikan kesan yang indah
dalam kisah perjalanan hidupku.