Pages

Subscribe:

Senin, 12 Mei 2014

Review Novel Sang Pariot: Cinta dan Cita

gambar ini diambil dari http://apikecil.wordpress.com


di timur matahari…. Mulai bercahaya….
Bangun dan berdiri, kawan semua….
Marilah mengatur barisan kita….
Seluruh pemuda Indonesia…

Lantunan lagu Di Timur Matahari yang teriring menghantarkan kepergian sang Patriot bangsa menuju alam yang baru. Sang Patriot meninggalkan tangis, meninggalkan keluarga, meninggalkan perajuritnya, dan meninggalkan bangsanya. Namun nama dan semangatnya akan hidup untuk selamanya untuk Jember dan untuk Indonesa yang merdeka. Sang Patriot tersebut adalah Mochammad Sroedji namanya terukir dalam sejarah dan hati rakyat Jember.

Kisahnya diabadikan dalam sebuah Novel berjudul SANG PATRIOT yang ditulis oleh Irma Devita, tidak lain adalah cucu dari Mochammad Sroedji. Sebuah novel yang didasarkan atas sejarah sesungguhnya dan menjadikan ini sebagai kisah sejarah mengenai kehidupan Sroedji yang lengkap dengan penyajian dalam bentuk sastra.

Novel yang dapat mengalirkan air mata dan menggetarkan hati bagi para pembacanya. Sebuah kisah dengan penuh romantisme dan aksi heroik. Ketulusan cinta Rukmini terhadap Sroedji bagaikan kisah Rama dan  Sinta dalam epik Ramayana, dimana Cinta datang untuk menguatkan satu sama lain dan tetap tegar walau harus berkorban jiwa maupun raga mungkin ungkapan tersebut yang cocok kisah cinta mereka atau bagaikan  kisah cinta fenomenal Habibi dan Ainun. Cinta mereka kini terbatas oleh batu nisan yang menandai tertidurnya sesosok patriot yang memberikan kehidupan menjadi lebih berwarna.

                                                    *****
Kisah Seorang anak keturunan dari pulau garam (Madura) tepatnya di bangkalan pada tanggal 1 Februari 1915 dari pernikahan Hasan dan Amni.  Sroedji menikah dengan Rukmini seorang keturunan ningrat anak dari pasangan Tajib Nistisamito dan Maryam yang juga berasal dari Pulau Madura tepatnya di Sampang. Pernikahan yang melalui proses perjodohan tersebut dimana mereka tidak mengenal satu sama lain, yang ada hanyalah pertemuan singkat yang terjadi di pasar Malang. Kehidupan keluarga mereka dipenuhi dengan cinta setiap harinya sehingga semuanya berjalan harmonis. Mereka dikarunia empat orang anak  yang diberi nama Sucahyo (Cuk) dan Supomo (Pom), Tuti dan Puji.

Ketika Jepang berubah menjadi Negara yang maju dan diimbangi dengan militer yang kuat, dengan semangat Hakko Ichiu kekaisaran Jepang ingin menguasai seluruh Asia bahkan seluruh dunia termasuk Indonesia. Selain tempatnya yang strategis sebagai pertahanan dalam perang pasifik, Jepang juga menginginkan sumber daya alamnya terutama yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kebutuhan industri. Namun pada waktu itu Indonesia masih dikuasai oleh Belanda sehingga untuk mendapatkan semuanya itu Jepang harus mengusir bangsa Eropa tersebut yang singgah lebih dulu.

Pada tahun 1942 terjadi perpindahkuasaan atas Indonesia dari pemerintah Belanda ke tangan Jepang. Namun pada akhir 1942 sekutu (termasu di dalamnya Belanda) menyerang balik Jepang di berbagai daerah jajahanya, mengakibatkan Jepang membutuhkan banyak personel untuk menangkal serangan tersebut yaitu dengan cara memanfaatkan Negara jajahannya untuk direkuit menjadi militer untuk di taruh di garis depan termasuk Indonesia. Adapun lembaga yang didirikan untuk merekrut rakyat Indonesia untuk masuk dalam militer adalah Jawa Hokokai, Sinendan, Heiho, Fujinkai, Jibakutai dan PETA.

Berita pengrekrutan itu sampai di telinga Sroedji melalui surat kabar Djawa Baroe. Pengrekrutan Pembela Tanah Air (PETA), tentu ini menjadi angin segar yang tertiup ke arahnya, sebuah  untuk menjadi seorang tentara sepertinya sudah ada di depan mata, keinginannya untuk membela tanah air tentu menjadi motivasi utamanya. Bukan hal yang mudah untuk menjadi anggota PETA terlebih Sroedji sudah memiliki istri dan dua orang anak pada waktu itu. Kemudian Sroedji mendiskusikannya dengan Rukmini mengenai keinginannya untuk menjadi tentara PETA hingga akhirnya Rukmini mengizinkan suaminya pergi ke Bogor untuk ikut pendidikan PETA.

Inilah awal kisah cinta mereka diuji, ketika Rukmini harus mengikhlaskan suaminya memadu cinta antara cintanya terhadap keluarga dengan cintanya terhadap negaranya. Butuh hati yang berjiwa besar untuk dapat melakukan seperti dilakukan Rukmini, menjadi tentara tentu sangatlah dekat dengan peperangan apalgi peperangan pada zaman tersebut merupakan hal yang lumrah, semakin dekat dengan peperang berarti semakin dekat pula dengan kehilangan. Namun Rukmini sadar bahwa apa yang dilakukan oleh suaminya adalah sebuah perjuangan untuk negaranya dan anak cucunya nanti. Program pendidikan PETA telah dilalui Sroedji dan dia mendapatkan pangkat sebagai Chuudanchoo yang di tempatkan di Jember sekaligus merekrut rakyat Jember untuk menjadi tentara PETA.

Pada tahun 1945 posisi Jepang dalam perang pasifik semakin terdesak, dan puncaknya adalah setelah Sekutu berhasil menjatuhkan Bom Atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 8 Agustus 1945, kemudian diikuti dengan perjanjian menyerahnya Jepan terhadap Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Kekalahan Jepang juga berpengaruh terhadap Negara-negara jajahannya termasuk Indonesia bahkan lembaga-lembaga Jepang yang ada di Indonesia dibubarkan termasuk PETA.

Melihat keadaan tersebut Ir. Soekarno memiliki inisiatif untuk membentuk tentara militer untuk Negara yang baru memproklamirkan kemerdekaan ini pada tanggal 17 Agustus 945, yaitu dengan merekrut kembali tentara-tentara yang pernah dibentuk pada zaman Jepang yang diberi nama Badan Keamanan Rakyat selain itu mengganti kepangkatan seperti Daidanchho, Chudanchoo, Shoodanchoo, dan Budanchoo berubah menjadi Kolonel, Mayor, Kapten, Letnan satu dan Letnan dua. Pada tanggal 5 Oktober 1945 BKR berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dimana Sroedji menjabat sebagai Komandan Bantalion Sroedji Resimen IV/TKR Divisi VII Untung Surapati.

Kekalahan Jepang mengakibatkan kembalinya Belanda ke tanah air Indonesia. Berbeda dari periode sebelumnya, pada masa ini rakyat Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan negaranya, hal inilah yang menjadi pemompa semngat rakyat Indoensia untuk mempertahankan kemerdekaannya, yang terjadi adalah banyak peperangan yang terjadi di Indonesia. Hal ini juga mengakibatkan Sroedji sering meninggalkan keluarganya dalam jangaka waktu yang lama untuk tanah airnya.

Di sisi lain Rukmini juga berjuang untuk menjadi seorang ibu sekaligus sebagai ayah yang kini telah memiliki tiga orang anak. Kondisi perang mengakibatkan perekonomian semakin memburuk yang barakibat terhadap kondisi sosial masyarakat di sekitarnya, tentu hal ini menjadi ancaman bagi seorang ibu nikah muda yang ditinggal suaminya, bahkan pernah rumahnya distroni oleh maling dengan jumlah yang besar. Dalam doa dan kekhawatiranya dia selalu ada nama suaminya yang sedang berjuang.

Rasa rindu itu tidak hanya dirasakan Rukmini, keriduan yang besarpun dirasakan Sroedji, sesekali diapun pulang ke rumahnya untuk melihat keluarganya sekaligus mengobati rasa rindunya yang mendalam. Ketika betemu perasaan bahagiapun menyelimuti dunia mereka, namun sroedji adalah prajurit yang professional dimana dia rela mengorbankan kepentingan pribadi dan mengutamakan pasukan yang dikomandoinya.

Kontribusi Sroedji dalam perang terhadap KNIL memberikan kekhawtiran bagi sekutu, seperti keberhasilannya menahan gempuran KNIL pada saat pertempuran Surabaya pada bulan November 1945, dimana Sroedji berhasil menghalangi mereka untuk masuk ke wilayah selatan Surabaya sehingga KNIL tidak dapa masuk ke daerah-daerah seperti Lumajang, Klakah, Jember dan lain sebagainya. Selain itu geriliyawannya berhasil membuat risau tentera-terna KNIL. Karena geram, KNIL memiliki rencana licik untuk menculik keluraga-keluarga para pejuang.

Kemudian Sroedji memerintahkan pasukannya untuk menjemput Rukmini dan mengajaknya hijrah ke Kediri, hal tersebut dikarenakan kekhawatiran Jember telah dikuasai Belanda, khawatir mereka akan diculik dan dijadikan tahanan. Pada awalnya Rukmini meragukan akan melaksanakan perintah tersebut terlebih Rukmini dalam kondisi hamil ditambah dia membawa ketiga anaknya yang masih kecil. Namun pada akhirnya Rukmini menyadari bahwa hal tersebut dilakukan atas pertimbangan yang matang oleh suaminya. Membawa bekal secukupnya dan perhiasanya Rukmini menyusuri hutan belantara berjalan kaki dari Jember ke Kediri dalam kondisi hamil. 

Perpisahan itu semakin dekat, ketika perjanjian Renvile yang mengakibatkan wilayah Indonesia semakin sempit dan hanya meliputi Jawa Tengah bahkan semarangpun dikuasai oleh Belanda. Ketika Jenderal Besar Soedirman menginstruksikan seluruh anggota TNI untuk menyusup diam-diam melewati garis van mook (garis yang perbatasan antara Negara Republik Indonesia dengan Negara-negara boneka buatan Belanda). Jika TNI berhasil masuk maka akan dilakukan serangan kejutan dari dalam wilayah Belanda sendiri yang dikenal dengan wingite action. Strategi wingate mengubah kesatuan-kesatuan untuk membentuk pertahanan linier. Di setiap distrik militer dibentuk pemerintahan geriliya, dengan sistem whekreise membentuk kantung-kantung geriliya yang berpusat di daerah pegunungan.

Sroedji diperintahkan untuk melakukan wingite action, menyusup ke Besuki dengan menghadapi front Malang, Lumajang, Klakah, Jember sampai Banyuwangi. Bersama pasukan dan keluarga pasukannya yang ikut dalam perjalanan ini (namun Rukmini tidak ikut dalam misi tersebut) menelusuri kerasnya hutan bahkan Gunung Semeru yang sering menyemburkan lahar dingin menjadi tantangan bagi mereka.  Siang mereka melakukan pergerakan sedangkan malam dijadikan waktu istirahat atau penyerangan terhadap Belanda. Sering juga terjadi serangan mendadak dari Belanda akibat Somad sang penghianat yang ikut dalam perjalanan tersebut, sehingga Belanda dapat mengetahui posisi Sroedji dan pasukannya.

Setelah menempuh jarak sejauh lima ratus kilometer dalam jangka waktu 51 hari akhirnya wingite action selesai sudah. Namun hal tersebut menjadi misi terakhir yang berhasil diselesaikannya, karena penghiatan Somad yang membocorkan informasi adanya pertemuan di Karang kedawung kepada pihak Belanda. Dengan ratusan prajurit, Belanda mengepung tempat pertemuan mereka.

Karang Kedawung banjir darah dan air mata menyusul kepergian seorang pemipin yang mereka segani, bijak, ramah dan penuh semangat juang kini meninggalkan bumi pertiwi dari letusan senapan pasukan Belanda. Kegeraman Belanda terhadap Sroedji tidak hanya terbatas samapai disana, ketika diketahui Sroedji telah tewas mayatnya tidak langsung dimakamkan melainkan disiksa beberapa organ tubuhnya dimutilasi kemudian mayatnya harus merasakan teriknya matahari dan dinginnya malam yang di tempatkan di pelataran Hotel Djember.

Sebulan kemudian berita kematian Sroedji baru diketahui oleh Rukmini. Betapa hancurnya hati Rukmini mendengar berita tersebut. Sekarang yang tersisa hanyalah kenangan-kenangan indah yang pernah mereka lalui bersama.

suamiku… istirahatlah kau di sana. Aku selalu mencintaimu. Aku janji, akan membesarkan anak-anak kita. Mereka akan menjadi orang-orang hebat sepertimu, pak. Tunggu aku di pintu surga kelak, pak”. ungkap Rukmini ketika di pemakaman suaminya.



3 comments:

Anonim mengatakan...

Nendes, bagus banget reviewnya. Terima kasih atas partisipasinya ya :)

Unknown mengatakan...

hehe.. maksih mba prit..
Sama-sama...

RZ Hakim mengatakan...

Terima kasih atas partisipasinya :)

Posting Komentar