Pages

Subscribe:

Sabtu, 18 Mei 2013

AROMAMU TERKENANG DI TUBUHKU




Pada Agustus 2004 tepatnya tanggal berapa saya lupa orang tuaku merenovasi rumah kecil yang sangat sederhana karena material uang ataupun bahan-bahan bangunan dapat dikatakan pas-pasan. Untuk meminimalisir pengeluaran dana semua pasukan anak-anaknya dikerahkan untuk membangun istanaku. Kami yang terdiri dengan 4 bersaudara pada waktu itu dan aku adalah anak pertama, kebetulan juga ayahku berprofesi tukang bangunan sehingga dirasa mampu membangun rumah tersebut tanpa membayar orang lain.
Bekerja dari pagi hingga sore ternyata sungguh melelahkan, maka dengan sendirinya keringat ini bercucuran. Bergegas saja aku mengambil posisi untuk menyantap masakan dari ibuku tercinta bersama keluarga, baru mengambil posisi duduk secara tiba-tiba serangan komentar datang bertubi-tubi dari keluargaku.
“Yan keringet lu baunya kayak baba Napi” kata ibuku.
“Iya bener, ih bau bangat” sahut dari adik-adikku.
Anjing menggonggong kafilah berlalu. Pribahasa tersebut yang aku terapkan pada saat itu karena cacing-cacing di perut ini berdemonstrasi agar perut ini segera diisi, selain itu aku tidak merasa bahwa keringatku seperti yang mereka katakan.
Suara azan magrib pun terdengar saling bersahutan, bergegaslah aku mandi kemudian melaksanakan solat di Musola yang bersebelahan dengan rumah. Tiba-tiba aku ngidam gorengan akhirnya setelah solat saya pergi ke warung kopi milik saudara dari almarhum kakekku. Tidak disangka, ternyata bau keringatku tidak hilang walau sudah mandi. Mungkin karena aku mandi tidak pakai sabun dan hanya disiram saja badan ini dengan kurang lebih 5 gayung air. Komentar pun datang lagi dari pemilik warungnya.
“Yan. keringet lu kok bau bangat, baunya mirip bangat sama keringetnya Baba Napi” kata si pemilik warung.
Aku hanya diam sambil tersenyum mendengar komentar darinya, sehabis membeli gorangan istana sederhanaku adalah tujuanku selanjutnya, sambil berjalan aku memikirkan komentar orang-orang mengenai keringatku menurut mereka memiliki kesamaan dengan bau tubuh almarhum kakekku sewaktu hidup. Tapi aku kiranya tidak akan peduli mengenai ungkapan bau dan disamakan dengan almarhum, karena menurutku kakekku adalah orang yang paling baik yang pernah aku temui baik terhadapku, aku lebih dekat dengan almarhum bahkan dibandingkan orang tuaku sendiri, sehingga aku menganggap ini adalah aroma almarhum, walau terkadang merasa tidak nyaman dengan komentar orang lain aku tetap merasa senang masih ada yang bisa mengingatkan aku dengan almarhum.
Almarhum bernama Hanafi meninggal pada tanggal 11 Mei 2004, sehari sebelumnya kami bertengkar sehingga terasa menyesal sekali ketika mengetahui keesokan harinya beliau telah meninggalkan aku untuk selama-lamanya. Semasa hidupnya almarhum adalah seorang kakek yang penuh semangat bekerja walau usianya sudah diatas 70 tahun, beliau tidak ingin hidupnya berasal dari pemberian karena kasihan dari orang lain dan dia juga terkenal karena kesabarannya di lingkungan tetangga. Orang yang paling dekat dengan beliau adalah aku bahkan bila dibandingkan dengan anak-anaknya, karena hal inilah yang membuat aku merasa bangga dengan aroma tubuhku saat berkeringat yang disamakan dengan beliau.
Hingga saat ini setiap aku menghirup aroma tubuhku aku selalu teringat dengan almarhum, Semoga Engkau diterima segala amal perbuatannya walau sekecil apapun, dihapus segala dosanya sebesar apapun dan ditempat di tempat yang terbaik oleh-Nya…. Aaamiiiiiin.


2 comments:

Kang Sofyan mengatakan...

Owh, Baba Napi itu kakeknya sampean toh, Mas.

Semoga semua amal ibadah Almarhum Kakek Hanafi disana diterima disisi_Nya # AMIN

Terima kasih psrtisipanya, Mas, sudah tercatat sebagai peserta :)

Unknown mengatakan...

iya kang... amiiin...

makasih balik juga kang........

Posting Komentar